Ekosistem mangrove yang memiliki keunikan sangat dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya alam yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai kawasan ekowisata. Seiring pesatnya perkembangan kepariwisataan Bali sebagai daerah tujuan wisata mancanegara, mulai muncul paradigma dan keinginan pasar wisata dengan konsep lingkungan hidup dan kembali ke alam (back to nature), yang juga dikenal sebagai wisata alternative (ekowisata) dalam dunia pariwisata. Praktik ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan ekowisata, indeks kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan ekowisata mangrove di Provinsi Bali. Metode yang digunakan yaitu analisis SWOT, Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dan Daya Dukung Kawasan (DDK). Nilai akumulasi dari hasil analisis SWOT adalah 0,6 (kuadran I). Penerapan strategi agresif dilakukan dengan pilihan strategi SO (Strength, Opportunity) antara lain dengan menyiapkan infrastruktur untuk menunjang pengembangan ekowisata dan pengembangan pariwisata yang melibatkan masyarakat dan kearifan lokal. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) di Ekowisata Mangrove Bali yaitu 87,96% dengan kategori sangat sesuai (S1) sedangkan di Ekowisata Mangrove Jungutbatu yaitu 75% dengan kategori S2 (sesuai). Hasil Daya Dukung Kawasan (DDK) di Ekowisata Mangrove Bali yaitu 151 orang/hari dimana rata-rata pengunjung yaitu 43 orang/hari sehingga masih mendukung kegiatan ekowisata sedangkan di Ekowisata Mangrove Jungutbatu yaitu 250 orang/hari dimana rata-rata pengunjung yaitu 200 orang/hari sehingga masih mendukung kegiatan ekowisata.
Copyrights © 2021