Kegelisahan akademis penelitian ini sehingga menarik untuk diteliti yaitu Pertama, berangkat dari refleksi historis tentang Madrasah NBDI yang didirikan pada tahun 1943. Di mana pada tahun 1942-1945 merupakan tahun berkuasanya imperialisme Jepang. Di masa kolonialisme Jepang, lembaga pendidikan Islam mendapat ancaman ditutup. Kedua, faktor budaya patriarkhi yang beranggapan bahwa perempuan diasumsikan berada hanya didomain domestik an sich sehingga tidak dianggap penting berpendidikan. Ketiga, lembaga pendidikan Islam formal belum ada. Penelitian ini adalah kajian historis. Teknik penggalian data menggunakan metode wawancara tidak struktur, observasi, dan dokumentasi. Pendekatannya menggunakan pendekatan sosio-historis. Hasil penelitian ini dapat dibagi menjadi dua paradigma yaitu, pandangan teologis dan sosiologis. Pertama, pandangan teologisnya, berangkat dari salah satu hadis yang mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu. Kedua, pandangan sosiologisnya sehingga Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid melakukan emansipasi dilatarbelakangi dengan kondisi perempuan yang terbelakang dari aspek pendidikan, karena faktor budaya patriarki. Implementasi pemikiran Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid teraktualisasi melalui dua lembaga pendidikan Islam yaitu madarasah NWDI untuk kaum laki-laki dan madrasah NBDI untuk kaum perempuan, dua lembaga ini merupakan bukti historis yang memliliki nilai keadilan gender dalam pendidikan, maka apabila direlevansikan pemikiran Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dengan konsep pendidikan berwawasan gender jelas memiliki keterkaitan, karena istilah gender lahir berdasarkan faktor ketidakadilan bagi salah satu jenis kelamin. Keadilan bagi kedua jenis dalam aspek pendidikan dapat dilihat dari dua lembaga pendidikan Islam yang didirikannya.
Copyrights © 2021