Di Indonesia, film dengan penggunaan perspektif perempuan masih cenderung minim sehingga kehadiran Dua Garis Biru pada tahun 2019 lalu, layak untuk diapresisasi karena menghadirkan kembali perspektif perempuan dalam membahas seksualitas remaja diindustri perfilman Indonesia, sekaligus menjadi film yang berani mendobrak ketabuan akan isu seksualitas yang pada umumnya terjadi di Indonesia dalam bentuk seni film. Dua Garis Biru merupakan film yang berusaha menarasikan tentang seksualitas remaja, secara khusus memotret fenomena seks dan kehamilan pranikah remaja berujung pernikahan dini yang direfleksikan melalui tokoh Bima dan Dara. Selain menarasikan tentang Seksualitas Remaja, film ini juga kental akan konsep Female Gaze sebagai perspektif sutradara dalam menggarap film Dua Garis Biru. Penelitian ini berusaha menganalisis narasi seksualitas remaja dengan menggunakan model aktan Algirdas Greimas untuk melihat bagaimana karakter dan relasinya hingga menghubungkan mereka pada peristiwa atau jalan cerita dalam film. Penelitian ini akan menunjukkan bahwa Film Dua Garis Biru menggunakan Female Gaze, melihat pada film ini yang menarasikan insiden kehamilan pranikah yang menunjukkan perempuan sebagai sosok yang mendapatkan dampak paling signifikan baik bagi Dara sebagai pelaku seks pranikah hingga dua tokoh ibu dalam film, selain itu pengembangan tokoh juga lebih menonjolkan pihak perempuan setelah melewati tahapan kejadian dalam film.
Copyrights © 2020