Umat Islam hampir sepakat akan kesatuan al-Qur’an. Namun demikian, kesatuan ini tidak menjamin adanya kesatuan tafsir. Perbedaan latar belakang penafsir menyebabkan perbedaan penafsiran. Tafsīr al-Qummi sebagai sebuah tafsir Syi’ah Imamiyyah yang muncul dalam miliu tertentu merefleksikan suatu kecenderungan politik tashayyu’ atau sikap mengagungkan Ali dan keturunannya. Kecenderungan tashayyu’ ini dapat dilihat melalui metode takwil yang ia gunakan untuk memahami ayat-ayat guna menegaskan keagungan ‘Ali dan keturunannya. Takwilnya dilakukan dengan meletakkan ayat-ayat yang bermakna umum ke dalam makna yang menegaskan keagungan Ali dan keturunannya atau sebaliknya ditakwil ke dalam makna yang menempatkan lawan-lawan Ali dan keturunannya sebagai korban. Pola takwil semacam ini dapat dilacak ke dalam lingkungan al-Qummi dimana ia hidup dan berinteraksi dengan lawan-lawan madzhabnya pada masa itu. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa interpretasi hanyalah semata-mata expressi tentang realitas kompetisi antara pembaca untuk memperoleh keunggulan dibanding kelompok lain. Maka penelitian ini menghasilkan bahwa penyimpangan dalam tafsir Al-Qummi banyak ditemukan dari ayat-ayat politik kepemimpinan dalam surat Al-Baqarah, namun tidak menutup kemungkinan mengenai ayat lain yaitu dalam hal pendapatnya mengenai nikah mut’ah karena kebanyakan ulama syiah sangat khas dengan hal tersebut.
Copyrights © 2021