Latar Belakang & Tujuan: Penolong korban henti jantung perlu memahami dan melakukan bantuan hidup dasar dengan cepat dan tepat. Bantuan hidup dasar meliputi pengenalan tanda serangan, meminta bantuan, dan memulai pijat jantung, serta memberikan defibrilasi jika tersedia AED hingga ambulan datang mengambil alih tanggung jawab. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui peningkatan pengetahuan pada kelompok disabilitas tuna sensorik terhadap Bantuan Hidup Dasar. Penelitian ini penting dilakukan mengingat minimnya akses informasi pada kelompok disabilitas tuna sensorik mengenai Bantuan Hidup Dasar pada korban henti jantung. Metode: Penelitian ini dilakukan sekretariat Gerkatin Kota Kediri tanggal 31 Agustus 2020. Sampel dalam penelitian ini adalah anggota Gerkatin Kota Kediri yang belum pernah mendapatkan materi dan praktek bantuan hidup dasar sebelumnya sejumlah 20 orang. Penelitian ini menggunakan desain pra eksperimental one group pre-post test design. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitasnya. Pengisian kuesioner dilaksanakan sebelum dan sesudah pelaksanaan intervensi. Penelitian ini menggunakan uji statistic Wilcoxon dengan a = 0.05. Hasil: Berdasarkan hasil uji wilcoxon Mann-whitney diatas didapatkan nilai p value=0,000 yang berarti terdapat perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan dengan direct learning. Rangkaian Tindakan dalam bantuan hidup dasar dapat memberikan oksigen ke organ vital dalam tubuh (otak, jantung, serta organ vital lain) sampai bantuan dari rumah sakit memberikan bantuan hidup lanjutan. Kesimpulan: Pembelajaran yang terencana dan terstruktur dalam proses pembelajaran bantuan hidup dasar, dapat meningkatkan pengetahuan. Pemberian materi menggunakan direct learning tepat digunakan dapat meningkatkan pengetahuan, sehingga kelompok disabilitas siap memberikan bantuan hidup dasar jika diperlukan
Copyrights © 2021