Humans certainly always have the desire to be better in all aspects, especially physical aspects. The desire to be good is sometimes excessive considering that no one is perfect. Excessive craving for a perfect, body shape causes Body Dysmorphic Disorder or Body Dysmorphic Disorder (BDD). Watkins (2006) defines BDD as a fictitious physical disability or excessive attention to appearance that is actually insignificant. As for the method used in this literature review is the Systematic Literacy Review where data is obtained through one source, namely Google Scholar and through the checking stage with the criteria that have been made. The results showed that the tendency for BDD characteristics to be obsessed with one or more perceived defects or deficiencies in the patient's physical appearance which cannot be observed or appears only slightly in the sufferer, is followed by repetitive behavior or mental actions in response to concerns about their appearance and is manifested as appearance problem.    Manusia tentu selalu mempunyai keinginan untuk menjadi lebih baik dalam segala aspek, terutama aspek fisik. Keinginan untuk menjadi baik kadang berlebihan mengingat tidak ada satupun manusia yang sempurna. Keinginan-keinginan berlebihan untuk bentuk, tubuh yang sempurna menyebabkan gangguan dismorfik tubuh atau Body Dysmorphic Disorder (BDD). Watkins (2006) mendefinisikan BDD ini sebagai cacat fisik yang fiktif atau perhatian berlebihan pada penampilan yang sebenarnya tidak signifikan. Kajian literatur ini bertujuan untuk mendeskripsikan Body dysmorphic disorder serta penyebab dan penangannya. Adapun metode yang dipakai pada kajian literatur ini adalah Systematic Literatue Review dimana data didapat melalui satu sumber yaitu google scholar dan melalui tahap pencokan dengan kriteria yang telah dibuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan karakteristik BDD terobsesi dengan satu atau lebih cacat yang dirasakan atau kekurangan pada penampilan fisik penderita yang mana tidak dapat diamati atau muncul hanya sedikit pada penderita, kemudian diikuti dengan perilaku berulang atau tindakan mental dalam menanggapi keprihatinan pada pemampilannya, dan dimanifestasikan sebagai masalah penampilan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2021