HUKUMAH: Jurnal Hukum Islam
Vol 5, No 1 (2022)

PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG HAK KEWARISAN ISTRI YANG DITALAK BA’IN OLEH SUAMI YANG SAKIT KERAS

Amrin Borotan (Unknown)



Article Info

Publish Date
10 Jun 2022

Abstract

ABSTRAK Talak  merupakan  jalan  keluar  yang  mengakibatkan  putusnya  ikatan antara suami  dan  istri. Meskipun  ini  adalah  jalan keluar yang  dibenci  oleh Allah  akan tetapi  Allah  juga  membolehkannya.  Ini  bisa  diakibatkan  karena ada sesuatu hal yang tidak bisa dipertahankan oleh keduanya, sehingga satu-satunya penyelesaian adalah dengan jalan talak.Dalam  konteks ini, talak yang dibicarakan  adalah talak suami yang sakit keras atau talak  tiga yang dijatuhkan  oleh  orang  yang sedang sakit  keras. Para jumhur ulama menyebutkan  bahwa  talak  semacam  ini  dihukumi  sah  sebagaimana talak yang dijatuhkan oleh orang yang sehat serta memiliki implikasi hukum yang tidak berbeda. Akan  tetapi  menjadi  berbeda  ketika  beberapa  ulama  mengemukakan  ini, yaitu pendapat  mengenai  akibat  yang  ditimbulkan  oleh talak suami yang sakit keras mengenai  berhak  atau  tidaknya si bekas istri pada harta yang ditinggalkan mendiang suami. Ini dikarenakan hukum perkawinan sangat erat sekali dengan hukum kewarisan. Sebagian ulama atau Imam berpendapat bahwa si bekas  istri  berhak  mendapatkan  warisan  dan  sebagian  lagi  menyebutkan bahwa istri  sudah tidak  berhak lagi mendapatkan  warisan.  Pendapat  Imam  Syafi’i,  salah  satu  Imam  Empat  yang masyhur. Beliau berpendapat bahwa alasan istri tidak berhak lagi menerima warisan adalah karena status mereka sudah bukan suami istri lagi dalam  (tiga) sudah tidak memiliki hubungan kata lain, istri yang telah tertalak ba’in lagi dengan mendiang suami tersebut,sehingga mengharamkan dia untuk mendapatkan harta warisan. Adapun  sebab  perbedaan  pendapatnya  ini  dengan  imam-imam lain yang menyebutkan bahwa bekas istri masih berhak mendapat warisan adalah pada metode istinbath yang dipakai oleh nya. Dalam permasalahan ini  beliau  beristinbath  dengan  al  Qur’an,  as  Sunnah, Ijma’ dan  Qiyas  khususnya.  Beliau  tidak  menggunakan  klausul  Sadd  Adz  Dzari’ah sebagaimana  yang  digunakan  oleh  imam-imam  lain.  Pada  Qiyasnya,  beliau menganalogikan  sahnya  talak orang yang sakit sama dengan sahnya talak orang yang sehat sehingga memiliki implikasi hukum yang sama.

Copyrights © 2022






Journal Info

Abbrev

HUKUMAH

Publisher

Subject

Religion Humanities Education Environmental Science Other

Description

Focus dan scope artikel yang akan diterima dan diterbitkan dalam Jurnal HUKUMAH harus masuk dalam lingkup keilmuan bidang hukum dan hukum Islam yaitu: Bidang hukum mencakup (tapi tidak terbatas pada bidang) : hukum materiil dan formil, tinjauan hukum dari aspek politik, sosial, ekonomi, ...