Berita Kedokteran Masyarakat
Vol 33, No 5 (2017)

Indeks standar pencemar udara dan faktor meteorologi pada kejadian ISPA

Angki Irawan (Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada)
Adi Heru Sutomo (Departemen Kedokteran Keluarga, Komunitas dan Bioetika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada)
Sukandarrumidi Sukandarrumidi (Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada)



Article Info

Publish Date
01 May 2017

Abstract

Latar belakang: ISPA merupakan suatu penyakit dengan gejala batuk bernapas cepat, dan pendek, kesulitan dalam bernapas yang bukan disebabkan hidung tersumbat. Tingginya kejadian ISPA di Provinsi Riau disebabkan oleh kabut asap. Pada tahun 2014 selama bulan Januari 2014 terdapat 22.000 warga terserang ISPA. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru jumlah penderita ISPA sebanyak 48.390 orang sejak ditetapkannya status tanggap darurat kabut asap. Sedangkan pada tahun 2015, laporan data Dinas Kesehatan secara online dilaporkan bahwa selama periode 29 juni sampai dengan 18 oktober 2015 jumlah penderita ISPA sebanyak 14.208 orang. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan  hubungan antara Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan faktor meteorologi dengan kejadian ISPA di Kota Pekanbaru mulai Januari 2011 sampai bulan Desember 2015Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi. Populasi adalah kejadian ISPA selama tahun 2011-2015 di wilayah Kota Pekanbaru.Hasil: Terdapat hubungan antara variabel ISPU dan meteorologi dengan kejadian ISPA baik secara statistik maupun grafik/time-trend.  Analisis dengan dua model regresi yaitu Regressi Poisson dan Binomial Negatif. Model terbaik dengan nilai AIC dan BIC terkecil dipilih untuk menjelaskan kontribusi variabel ISPU dan meteorologi terhadap kejadian ISPA. kejadian ISPA dengan kejadian ISPA satu bulan sebelumnya, PM10 pada bulan yang sama, SO2 satu bulan sebelumnya, CO pada bulan yang sama, CO satu bulan sebelumnya, O3 satu bulan sebelumnya, NO2 pada bulan yang sama, NO2 satu bulan sebelumnya, suhu pada bulan yang sama, kelembaban satu bulan sebelumnya, kecepatan angin pada bulan yang sama, radiasi matahari pada bulan yang sama, dan titik api pada bulan yang sama merupakan variabel prediktor yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA.Kesimpulan: Pola kejadian ISPA mengikuti fluktuasi ISPU dan meteorologi. PM10 pada bulan yang sama, SO2 satu bulan sebelumnya, CO pada bulan yang sama, CO satu bulan sebelumnya, O3 pada bulan yang sama, NO2 pada bulan yang sama, NO2 satu bulan sebelumnya, kelembaban satu bulan sebelumnya, dan radiasi matahari pada bulan yang sama memiliki pola hubungan positif dengan peningkatan kejadian ISPA di Kota Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlunya Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mempertimbangkan faktor kualitas udara (ISPU) dan meteorologi dalam kegiatan program penanggulangan ISPA.

Copyrights © 2017






Journal Info

Abbrev

bkm

Publisher

Subject

Nursing Public Health

Description

Berita Kedokteran Masyarakat (BKM Public Health and Community Medicine) is a peer-reviewed and open access journal that deals with the fields of public health and public medicine. The topics of the article will be grouped according to the main message of the author. This focus covers areas and scope ...