Tujuan: Maldistribusi dari dokter yang bekerja di kota dan desa, termasuk daerah terpencil dapat diprediksi dari faktor individual calon dokter. Jika ketika mahasiswa mereka sudah tidak berkeinginan, besar kemungkinan hal itu tidak berubah. Karena itu pemerintah tetap penting memikirkan sistem yang mendorong mahasiswa berkeinginan bekerja di daerah terpencil dan sulit. Faktor individu mahasiswa akan besar sekali tertarik bekerja di kota di tempat pasar bagi layanan kedokteran sangat tinggi.Metode: Sejumlah 205 mahasiswa kedokteran tahun keempat. 181 (dari 209) mahasiswa reguler dan 24 (dari 94) mahasiswa internasional). Self reported questionnaire melalui google form. Pertanyaan ya atau tidak untuk keinginan bekerja di daerah pedesaan dan daerah terpencil. Variabel prediktor mencakup jenis kelamin, besar di desa dan di kota, karir sebagai pekerja di puskesmas, dan suka mengelola program.Hasil: Penelitian ini membutikan temuan yang sejalan dengan prinsip pasar. Mahasiswa lebih tertarik bekerja di kota daripada di daerah pinggiran. Meski demikian, laki-laki lebih besar kemungkinan berkeinginan pergi ke daerah dibanding perempuan (57% versus 45%). Mahasiswa bermobil pribadi jauh lebih kecil berkeinginan pergi ke daerah dibanding mahasiswa pengendara motor (37% versus 56%). Di antara mereka yang ingin menjadi spesialis, yang belum bisa memutuskan karir ke depan, dan yang memiliki karir yang non spesialis, pilihan ke daerah konsisten lebih rendah daripada pilihan ke kota (kurang dari 45%). Hanya untuk yang berkeinginan memiliki karir di puskesmas, mereka lebih besar persentase yang ingin ke daerah (56% versus rata-rata 45%)Kesimpulan: Motivasi mahasiswa kedokteran berkarir mengikuti pola pasar. Agar distribusi dokter terpenuhi di daerah terpencil, pemerintah harus membangun kebijakan khusus agar mahasiswa tertarik bekerja di daerah terpencil.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2019