Dalam Islam tujuan konsumsi bukan semata-mata memenuhi kepuasan terhadap barang (utilitas), namun yang lebih utama adalah sarana untuk mencapai kepuasan sejati yaitu kepuasan di akhirat. Kepuasan tidak saja dikaitkan dengan kebendaan tetapi juga dengan rohaniah, bahkan kepuasan terhadap konsumsi suatu benda jika kepuasan tersebut bertentangan dengan roh-roh Islam, maka kepuasan ini harus ditinggalkan. Oleh karena itu, konsumen rasional dalam ekonomi Islam ialah konsumen yang dapat memandu perilakunya supaya dapat mencapai kepuasan maksimum sesuai dengan norma-norma Islam. Kepuasan atau kesejahteraan di akhirat merupakan alternatif utama yang harus menjadi perhatian setiap individu. Konsumen akan menggunakan pendapatannya bukan hanya untuk kesenangan sesaat, melainkan untuk kesenangan yang tidak tampak yang akan dinikmati di akhirat kelak. Oleh karena itu, pendapatan yang ada tidak semua dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan duniawi, namun juga disisihkan untuk keperluan akhirat melalui pemberian infak maupun sedekah kepada orang lain yang membutuhkan. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendeskrisikan korelasi hadits Nabi SAW tentang konsumsi dengan perilaku konsumen di era digital, dimana banyak kemudahan yang ditawarkan dari kegiatan ini, sehingga memungkinkan konsumen melupakan apa yang pernah diajarkan oleh Nabi SAW dalam berkonsumsi .
Copyrights © 2022