Tungau debu merupakan salah satu aeroalergen yang paling umum yang memiliki hubungan kuat dengan manifestasi dan sensitisasi alergi. Paparan alergen di sekolah dapat menyebabkan sensitisasi dan memicu penyakit atopik dan manifestasi alergi, sehingga menurunkan prestasi belajar siswa di sekolah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis kualitas udara dalam ruangan sekolah terkait tungau debu dan pengaruhnya terhadap sensitisasi alergi pada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan tungau debu di sekolah dengan sensitisasi alergi serta mengidentifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan sensitisasi alergi. Metode dalam penelitian ini yaitu studi potong lintang dilakukan di SD, Kota Serang. Sebanyak 112 siswa diacak menjadi responden dalam penelitian ini. Paparan tungau debu dinilai dengan menyedot debu yang mengendap di ruang kelas dan kemudian menganalisisnya menggunakan metode flotasi untuk menghitung kepadatan dan mengidentifikasi tungau debu. Sensitisasi siswa dinilai menggunakan tes tusuk kulit sedangkan faktor risiko diidentifikasi dengan mengisi kuesioner ISAAC. Hasil penelitian didapatkan 31 siswa tersensitisasi D.pteronyssinus dan 37 siswa tersensitisasi D.farinae. 1,7 gram debu yang mengendap diambil dari 8 sampel. Tidak ada hubungan bermakna antara paparan tungau debu dengan sensitisasi alergi terhadap D.pteronyssinus dan D farinae (D.pteronyssinus p>0,05; OR 1,211; CI 0,736 – 6,470 dan D.farinae p>0,05; OR 2,182; CI 0,396 – 3,704 ). Kepadatan tungau debu di sekolah adalah 0,58 tungau/gram debu. Ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan hewan peliharaan (kucing atau anjing) dengan sensitisasi D.farinae (p<0,05; OR 2,5; CI 1,192 – 5,525). Ada juga hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan sensitisasi D.pteronyssinus (p<0,05; OR 2,876, CI 1,216 – 6,801), sehingga rendahnya paparan tungau debu di lingkungan sekolah tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan sensitisasi anak.
Copyrights © 2021