Novel Maryam memperkenalkan Maryam sebagai perempuan Ahmadiyah, ia terusir dari rumah dan kampungnya sendiri di Lombok. Kerusuhan-kerusuhan tersebut terjadi diakibatkan oleh tidak terimanya kaum Islam dominan terhadap ajaran Ahmadiyah yang dianggap sesat. Penempatan posisi-posisi tertentu aliran Islam di Indonesia ini juga bisa dikatakan bahwa menciptakan kelas dalam tatanan sosial-agama di Indonesia. Aliran Islam yang didukung pemerintah menempati posisi dominan dan yang lain subordinat. Penelitian ini ingin menjelaskan representasi perempuan subaltern dalam Novel Maryam, serta menjelaskan cara perempuan tersebut memberikan suaranya, dan meninjau lebih jauh alasan mengenai suara perempuan tersebut dinarasikan tidak didengar. Hasil penelitian ini, peneliti menemukan bahwa latar belakang pendidikan subaltern mempengaruhi cara subaltern menyuarakan dirinya. Pemerintah (pemegang kekuasaan serta wacana dominan) membutuhkan pembiaran serta perampasan hak-hak perempuan dan laki-laki subaltern sebagai cara melanggengkan posisi kekuasannya.
Copyrights © 2022