Penelitian bertujuan untuk mengkonstruksi bagaimana gambaran kerukunan yang dimaknai masyarakat asli Yogyakarta. Penelitian menggunakan pendekatan Psychology Indigenous dengan model pengembangan riset berbasis tema. Pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap yaitu melalui kuesioner terbuka (primer)dan wawancara (sekunder). Responden penelitian merupakan masyarakat asli Yogyakarta yang lahir dan tinggal di Yogyakarta. Sebanyak 111 responden mengisi kuesioner terbuka. Wawancara dilakukan kepada dua responden dengan karakteristik yang sama. Data dianalisis mengunakan pendekatan analisis isi dengan kerangka kerja grounded theory meliputi open coding, axial coding dan selective coding. Hasil penelitian menunjukan kerukunan dimaknai sebagai situasi tanpa pertengkaran dan perselisihan yang dilandasi oleh perilaku peduli (rewang), berkumpul (srawung) dan menghargai (ngajeni). Kerukunan terbagi menjadi dua ketegori berdasarkan motivasinya. Pertama, memandang kerukunan sebagai tujuan yang dilatarbelakangi oleh kesadaran sosial sehingga membentuk sifat rukun dalam, yaitu kerukunan yang tulus dan dimaknai sebagai tujuan akhir. Kedua, memandang kerukunan sebagai alat yang dilatarbelakangi oleh faktor relasional sehingga membentuk sifat rukun dangkal, yaitu kerukunan yang dimaknai sebagai alat untuk mencapai tujuan lain.
Copyrights © 2022