Penggunaan fashion thrift di kalangan remaja menjadi fenomena yang sedang populer pada saat ini. Meski begitu, fashion thrift sering kali identik dengan konotasi negatif bila disandingkan dengan pakaian baru. Pandangan tersebut tentu akan mempengaruhi konsep diri seorang remaja yang menggunakan fashion thrift. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri yang terbentuk pada remaja pengguna fashion thrift di kota Bandung. Untuk mengkaji hasil penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teori interaksi simbolik yang dicetuskan oleh George Herbert Mead & Blumer. Peneliti memfokuskan kajian pada konsep – konsep penting yang terdapat pada teori interaksi simbolik yakni konsep mind (pikiran), self (diri) dan society (masyarakat) sebagai pisau analisis untuk menemukan konsep diri remaja pengguna fashion thrift. Hasil penelitian ditemukan bahwa remaja memandang fashion thrift sebagai alternatif untuk mengeksplorasi penampilannya dengan budget yang minim. Fashion tidak hanya dianggap sebagai kebutuhan saja, melainkan bentuk representasi yang mencerminkan kepribadian diri dan cara untuk meningkatkan eksistensi diri remaja yang kerap kali mementingkan penilaian sosial. Selain itu, dalam pembentukan konsep self atau diri, remaja pengguna fashion thrift tidak merasa rendah diri saat menggunakan fashion thrift. Sehingga, fashion thrift meningkatkan rasa percaya diri remaja yang membentuk konsep diri positif. Disisi lain, pembentukan konsep diri remaja pengguna fashion thrift tersebut dipengaruhi oleh pandangan positif dan negatif dari kerabat, orang tua, hingga media sosial.
Copyrights © 2022