The current phenomenon is that many Batak Toba people do not understand the purpose of their lives, so that it is the cause of the emergence of cultural conflicts in the Toba Batak community. The purpose of this study was to determine the cultural conflicts in the Toba Batak community and how their resolutions include the divorce system, the inheritance system and the land system in the traditional Toba Batak society. This study uses qualitative methods to understand social phenomena. The results showed that the discrepancy between husband and wife causes a household that is not harmonious, resulting in divorce. There are two dichotomies regarding inheritance rights to girls, some are contra and some are pro giving inheritance rights to girls. Culturally, the Toba Batak people's conceptualization of children only refers to boys, not girls. With the adoption of a patrilineal system for the Toba Batak people, inheritance rights will only be given to sons and not to women.Fenomena saat ini banyak masyarakat Batak Toba yang kurang memahami akan tujuan hidupnya, sehingga menjadi penyebab munculnya konflik kultural pada masyarakat Batak Toba. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui konflik kultural dalam masyarakat Batak Toba serta bagaimana resolusinya yang mencakup sistem perceraian, sistem pemberian warisan dan sistem pertanahan pada masyarakat Batak Toba tradisional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif guna memahami fenomena sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaksesuaian antara suami-istri menyebabkan keadaan rumah tangga yang tidak harmonis sehingga mengakibatkan perceraian. Terdapat dua dikotomi mengenai hak waris kepada anak perempuan, ada yang kontra dan ada pula yang pro memberikan hak waris kepada anak perempuan. Secara kultural konseptualisasi orang Batak Toba mengenai anak hanya mengacu kepada anak laki-laki bukan kepada anak perempuan. Dengan dianutnya sistem patrilineal pada orang Batak Toba, hak waris hanya akan diberikan kepada anak laki-laki bukan kepada perempuan
Copyrights © 2022