Kehadiran seorang anak yang normal adalah salah satu hal yang dinanti nanti oleh sepasang suami istri. Namun demikian sering juga terjadi keadaan dimana anak menunjukan masalah dalam perkembangan sejak usia dini. Salah satu contoh masalah yang dapat terjadi adalah munculnya gejala attention deficit hyperactive disorder (ADHD). Ketika anak dinyatakan memiliki gejala ADHD biasanya timbul daftar tanpa akhir dari kemungkinan reaksi orang tua yang bisa berupa : kemarahan, malu, keprihatinan, kecemasan, penolakan, kebingungan, mengasihani diri sendiri, shock, ketakutan, kesedihan, stress dan berkabung. Dalam penelitian ini terdapat tiga orang tua yang mengalami proses penerimaan diri ketika anak-anaknya di diagnosis memiliki kecenderungan ADHD. Penerimaan diri sangat penting dimiliki oleh orang tua, karena hal ini bisa menjadi salah satu faktor untuk memberikan pengasuhan yang tepat dan terbaik bagi anak.Proses penerimaan diri yang dihadapi tiap orang tidak lah selalu sama. Dalam proses penerimaan diri ini orang tua melalui beberapa fase seperti sedih dan takut, stress, tidak minder dan yang terakhir adalah bisa menerima perbedaan anak. Orang tua merasa sedih dan takut ketika pertama kali tahu bahwa anaknya memiliki gejala ADHD. Fase stress muncul ketika orang tua menyadari sulitnya mengasuh anak dengan gejala ADHD. Namun setelah fase stress ini terlewati orang tua mulai merasa tidak perlu minder dengan keadaan anak-anaknya. Setelah fase perasaan tidak minder akan keadaan anak dilewati, orang tua pada akhirnya dapat menerima secara emosional dan intelektual tentang perbedaan anaknya tersebut.
Copyrights © 2020