Provinsi Sumatera Utara di Indonesia tercatat telah memproduksi komoditas ekspor yang sangat tinggi untuk Ikan Kerapu. Hal ini harus dipertahankan sebagai upaya menjaga keberlangsungan ekonomi perikanan. Salah satu cara mengembangbiakan Ikan Kerapu adalah dengan marin akuakultur (marikultur) yang sangat bergantung pada ekologi lautan seperti keberadaan klorofil-a, Suhu Permukaan Laut (SPL), Muatan Padat Tersuspensi (MPT) dan topografi kedalaman laut (batimetri). Kondisi ekologi lautan yang sangat mudah berubah menghendaki pemantauan secara berkala. Pada penelitian ini, kami memiliki tujuan pertama yaitu mengetahui kemampuan data penginderaan jauh untuk mengekstraksi parameter - parameter yang digunakan untuk kelayakan lokasi marikultur Ikan Kerapu. Kami menggunakan Landsat 8 untuk mengetahui klorofil-a, SPL dan MPT, sedangkan data batimetri didapatkan dari ETOPO1, sebuah data topografi skala global yang memiliki perekaman permukaan lahan (terrain) hingga dasar lautan. Tujuan kami yang kedua adalah mengetahui keakuratan kesesuaian lokasi marikultur yang dihasilkan oleh pemrosesan citra pada GEE. Hasil penelitian dibandingkan dengan peta referensi mengenai lokasi marikultur yang diperoleh dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan menampilkan hasil pengujian matriks akurasi sebesar 80 %. Hal ini membuktikan data penginderaan jauh dapat digunakan untuk membantu menentukan lokasi marikultur Ikan Kerapu dan GEE adalah platform yang sesuai untuk pemantauan secara berkala dengan kemampuan olah citra melalui komputasi awan sekaligus dapat melakukan analisis penjenjangan bertingkat.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2021