Penggunaan tanah sebagai tempat budidaya tanaman pangan, sayuran, dan perkebunan sering kurang memperhatikan azas pengawetan tanah. Penggunaan pupuk buatan yang sangat intensif, serta pupuk organik yang masih minim membuat kualitas tanah semakin menurun. Pengolahan tanah secara intensif di lahan pertanian akan semakin memperburuk kualitas dan kuantitas tanah. Tujuan kegiatan adalah mengidentifikasi fisika tanah lahan pertanian yang digunakan secara intensif di Sumatera Barat. Penelitian ini mengambil sampel di lokasi yang representatif pada Bulan Januari 2022. Tanah yang diambil dilakukan secara acak, pada masing-masing lokasi di Sumatera Barat antara lain, Padang Pariaman; Pesisir Selatan; Kabupaten Solok; Dharmasraya; dan Kota Padang. Penelitian ini menggunakan metoda deskripsi dan survey dan mengambil sampel pada lokasi yang representatif. Tanah yang halus digunakan untuk penetapan Bulk density, Particle density, total ruang pori dan pH tanah. Kerapatan isi Histosol di Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman berkisar 0,5-0,78 g cm-3, Ultisol berkisar 1,04-1,4 g cm-3, Andisol berkisar 0,88 g cm-3; Alfisol sebesar 0,9 g cm-3; dan Inceptisol berkisar 0,85-0,96 g cm-3. Tanah yang berada di Gunung Pangilun; Lubuk Minturun Padang dan Lagan Gadang Hilir (Pessisir Selatan), perlu dibenahi karena rentang kelembaban tanah dalam kondisi air tersedia sangat sempit atau sedikit akibatnya tanaman mudah kekeringan, dan butuh irigasi atau penyiraman yang berkala. Histosol di Punggasan Pesisir Selatan, memiliki total ruang pori mencapai 63,83%. Tanah yang berada di beberapa wilayah di Sumatera Barat memiliki pH 5,05, meliputi Padang Pariaman, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok dan Kota Padang. Kawasan Gunung Pangilun memiliki pH 6,43 memiliki pH terbaik dibandingkan semua pH dari berbagai jenis tanah dari yang diukur.
Copyrights © 2022