Angka kejadian HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat dan telah terjadi fenomena gunung es, jumlah penderita yang ada lebih banyak daripada yang dilaporkan. Proporsi penderita HIV antara wanita dan pria adalah 1:1. Pada tahun 2008 didapatkan 15,7 juta wanita yang terinfeksi HIV sedangkan sebanyak 2,1 juta anak-anak berusia kurang dari 15 tahun telah terinfeksi HIV. Penularan HIV sendiri dapat melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan genital (sperma dan lendir vagina), darah, dan transmisi dari ibu ke bayi. Penyebab dari infeksi HIV pada anak adalah 90% berasal dari penularan dari ibu sedangkan 10 % sisanya berasal dari proses tranfusi darah. Pada saat ini, target global dari WHO di bidang HIV adalah eliminasi dari penularan infeksi baru HIV pada anak dan mempertahankan keselamatan ibu pada tahun 2015. Transmisi maternal paling besar terjadi pada masa perinatal. Pada penelitian yang dilakukan di Rwanda dan Zaire, proporsi dari penularan ibu yang terinfeksi kepada bayinya adalah 23-30% pada masa kehamilan, 50-65% pada saat melahirkan, dan 12-20% pada saat ibu menyusui bayinya. Akan tetapi angka transmisi ini dapat diturunkan sampai dengan kurang dari 5% dengan upaya-upaya intervensi dari PMTCT (Prevention Mother to Child Transmission). Intervensi yang dilakukan dari PMTCT ada 4 konsep dasar, yaitu mengurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif, menurunkan viral load dari ibu hamil yang terinfeksi HIV, meminimalkan paparan janin terhadap darah dan cairan tubuh ibu, serta optimalisasi kesehatan ibu dengan HIV positif. Salah satu upaya intervensi pencegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke bayi adalah pemberian terapi ARV (Anti Retro Viral). Pemberian terapi ARV ini sendiri memiliki tujuan untuk memaksimalkan penekanan replikasi virus, menurunkan hambatan penurunan daya tahan tubuh, serta meningkatkan kembali fungsi daya tahan tubuh. Upaya inervensi pencegahan dengan cara pemberian ARV yang tepat merupakan cara yang paling efektif. Pemberian ARV sebagai upaya pencegahan penularan infesi HIV dari ibu ke bayi mengacu pada acuan yang direkomendasi oleh WHO. Secara umum pemberian ARV ini dapat dibagi menjadi 2 golongan, yakni yang pertama ARV sebagai terapi bagi ibu dan pencegahan penularan serta yang kedua ARV sebagai profilaksis saja. Sebelum ARV diberikan, harus dilakukan pemeriksaan secara holistik kepada penderita baik secara klinis maupun laboratoris. Pemberian ARV sebagai upaya pencegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke bayi tidak hanya diberikan bagi ibu saja, namun juga diberikan pada bayinya. Pemberian ARV dilakukan pada saat kehamilan, proses persalinan, maupun pada saat postpartum. Selama dilakukan pemberian terapi ARV, kesehatan ibu maupun janin yang dikandung harus selalu dipantau dengan baik dan menyeluruh. Sampai saat ini masih banyak obat-obatan ARV yang masih dalam uji klinis. Komplikasi pemberian ARV saat kehamilan dapat terjadi pada ibu maupun  pada bayi. Komplikasi pada ibu yang sering terjadi adalah reaksi hipersensitivitas dan kerusakan pada ginjal maupun liver. Sedangkan komplikasi pada bayi masih merupakan perdebatan apakah obat-obatan ARV atau efek perjalanan penyakit HIV pada ibu yang menjadi penyebab kelainan yang muncul. Diharapkan dengan penangan yang tepat pada wanita dan wanita hamil dengan HIV, penularan infeksi HIV dari ibu ke bayi dapat ditekan sampai semaksimal mungkin. Target global WHO untuk mengeliminasi infeksi HIV dan AIDS dapat terlaksana menuju generasi baru yang bebas HIV dan AIDS
Copyrights © 2015