Pasien gejala ringan sampai sedang banyak mengalami perbaikan setelah mendapatkan pengobatan, akan tetapi pada pasien gejala berat/kritis di ICU memiliki mortalitas yang lebih tinggi walaupun telah mendapatkan terapi. Terapi yang ditemukan dilapangan masih sangat beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengobatan pasien COVID-19 gejala berat/kritis di salah satu rumah sakit Yogyakarta Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dalam bentuk case series pada 10 pasien COVID-19 gejala berat/kritis yang membaik dan 10 pasien COVID-19 gejala berat/kritis yang meninggal, data diambil secara retrospektif melalui rekam medik pasien COVID-19 rawat inap pada periode 1 Januari -31 Juli 2021. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif dalam bentuk rata-rata/persentase untuk mendapatkan gambaran pola penggunaan obat. Penelitian ini diharapkan menjadi sarana pembelajaran bagi praktisi dan referensi dalam penelitian selanjutnya mengenai pola penggunaan obat pasien COVID-19 gejala berat/kritis. Kelompok pasien meninggal 100 % menggunakan antivirus, 100 % menggunakan antibiotik, 90% menggunakan antiinflamasi, 80% antikoagulan dan terapi tambahan ( 60 % N-Acetyl Cysteine (NAC), 10% kolkisin). Kelompok pasien membaik 100 % menggunakan antivirus, 100% menggunakan antibiotik, 80 % menggunakan antiinflamasi, 90% menggunakan antikoagulan, terapi tambahan (90% NAC, 30% kolkisin). Antibiotik dan antivirus merupakan golongan obat yang banyak digunakan pada kedua kelompok dan kelompok pasien membaik dan kelompok pasien membaik mendapatkan terapi tambahan (NAC dan Kolkisin) lebih banyak dibanding kelompok meninggal, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat dari terapi tambahan pada pasien COVID-19 berat/kritis.
Copyrights © 2023