Dari hasil kegiatan pelatihan penggunaan mesin pembuat stik dupa masih menunjukan beberapa kekurangan dari produk yang dihasilkan dimana untuk panjang 20 cm didapatkan prosentase kegagalan produk atau cacat produk mencapai 1,7%. Berdasarkan pengamatan menunjukan bambu tidak terlalu terpeluntir dengan baik. Sedangkan untuk panjang 25 cm didapatkan rataan persentase gagal produk menurun menjadi 2,3% dikarenakan pada ukuran tersebut mulai banyak limbah yang mengganggu proses penyerutan dan bambu terpluntir pada proses penyerutan. Untuk panjang 30 cm didapatkan rataan prosentase gagal produk meningkat menjadi 11,7%. Dikarenakan pada panjang tersebut limbah dari hasil proses penyerutan sangat banyak dan mengganggu proses penyerutan dan berimbas pada momen punter bambu yang cukup besar karena bambu terlalu panjang. Kami menyimpulkan pada alat penyerut lidi 3in1 (three in one) perlu dilakukan modifikasi terhadap alat tersebut dengan mempertimbangkan factor-faktor lain yang telah ditentukan dalam menghasilkan standarisasi produk yang telah ditetapkan UKM. Diantaranya merancang model dan desain pisau potong yang efektif dalam mengurangi kegagalan produk bitting dupa dan menghasilkan limbah serutan kayu yang lebih efisien. Modifikasi ini sangat diperlukan dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas produk stik dupa terutama konsistensi produknya sehingga bisa diterima pasar. Dengan mengurangi jumlah cacat/reject pada produk stik dupa akan berpengaruh pada proses proses selanjutnya. Dari hasil pelatihan kegiatan pengabdian masyarakat ini menunjukan peningkatan produksi dari UKM pembuat stik dupa di kecamatan Wagir Kabupaten Malang.
Copyrights © 2020