Teori budaya pada dasarnya memberikan beberapa pedoman normatif yang menekankan pentingnya proses di mana keputusan mengenai risiko dibuat, atas masalah substantif kuantifikasi risiko. Teori budaya menunjukkan bahwa pandangan individu tertentu tentang hal-hal dibentuk oleh sifat kelompok sosial di mana mereka menjadi bagiannya yaitu, berbagai organisasi, pengaruh kelompok sebaya ataupun sumber otoritas lainnya, serta oleh sejauh apa individu merasa terikat pada kelompok sosial yang lebih besar. Masalah risiko digunakan secara forensik di dalam sebuah perdebatan yang sedang berlangsung mengenai legitimasi suatu hubungan kekuasaan di dalam kelompok masyarakat, oleh sebab itu, kekhawatiran mengenai risiko yang berasal dari industri terhadap kekhawatiran tentang penggunaan sebuah teknologi yang diterapkan. Risiko sebagai suatu keselamatan yang menjadi perhatian utama bagi manajemen risiko kesehatan serta obatobatan. Pengetahuan tersebut diterapkan untuk mengurangi suatu bahaya fisik yang akan kita hadapi, para ahli teori budaya akan memiliki sedikit argumen dengan manfaat nyata yang telah dibawanya kepada suatu lingkup masyarakat. Dalam artikel ini mengkaji akar teoritis teori budaya, menelusuri bagiannya dalam literatur risiko, dan mengeksplorasi nilainya dalam masalah manajemen risiko saat ini. Ini menyimpulkan bahwa teori budaya terus bernilai, tetapi perannya perlu dinilai kembali di era ilmu deliberatif yang muncul. Dengan munculnya virus covid 19 ini sebenarnya juga memperlihatkan kepada setiap manusia bahwa tidak ada negara yang benar–benar siap dalam menghadapi suatu risiko, karena pada dasarnya risiko selalu hadir di saat atau waktu yang tidak terduga. Hal ini jelas memberikan rasa kesedihan yang mendalam karena pandemic berskala global dan hampir seluruh negeri di dunia terkena dampaknya.
Copyrights © 2023