Studi orientalis terhadap hadits dinilai bias akan kepentingan-kepentingan tertentu, namun perspektif mereka sebagai outsider juga berpotensi objektif karena tidak terikat dengan dogma-dogma yang mengikat insiders. Untuk itu diperlukan pembacaan kritis dalam mengkaji hasil studi orientalis terhadap hadits. Artikel ini mendisuksikan tentang metode pembacaan kritis yang dilakukan oleh M. Muṣṭafa Azami, salah satu sarjana muslim yang konsentrasi di bidang kajian hadits dan orientalisme dalam mengkaji karya para orientalis. Merujuk pada karya Azami, Studies in Early Hadith Literature dan dengan menggunakan metode deskriptif-analitis, peneliti mengkaji letak kritik Azami terhadap para orientalis dan perangkat ilmiah apa saja yang dia gunakan dalam membantah tesis orientalis yang bertentangan dengan pendapatnya. Peneliti menyimpulkan bahwa tujuh ketidaktepatan yang dilakukan orientalis saat mengkaji hadits dalam pembacaan Azami adalah ketidaktepatan dalam menentukan objek yang dikaji, invaliditas data, pemaknaan kata yang menyelisihi sejarah, penggunaan metodologi lama dengan cara yang tidak sesuai, klaim individu yang tidak tepat, analisis dan tesis yang kurang tepat serta distorsi sejarah baik secara sengaja maupun tidak. Untuk membantah tesis yang dinilai tidak tepat, Azami menyusun sebuah konstruk metodologi kritik dengan lima perangkat utama yaitu argumentasi logis, data filologis, intertektualitas, referensi historis dan menggunakan teori hadits klasik.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2023