Fitokimia memberikan informasi tentang cara mengisolasi hasil metabolisme sekunder sertamengidentifikasi golongan senyawa. Jenis dan jumlah senyawa yang berbeda dapat diperoleh dengan metode isolasi yang sesuai, kelompok senyawa yang diekstraksi dapat diisolasi dengan metode khusus dan metode isolasi yang berbeda. Hal perlu dikaji pada berbagai tumbuhan yang bermanfaat obat, sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dipilih metode isolasi yang sesuai dengan tujuan dan kegunaannya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil fitokimia daun salam berdasarkan distribusi Rf pada uji kromatografi lapis tipis. Bahan uji adalah daun salam, metode ekstraksi antara lain infundasi, dekoktasi, maserasi dan soxhletasi. Perbedaan kandungan golongan senyawa dari hasil ekstraksi diketahui dengan visualisasi noda/ bercak lempeng Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada UV 254, UV 366 dan pereaksi semprot AlCl3, Formaldehida, FeCl3, KOH, Lieberman-Burchard dan Dragendrooff. Hasil penelitian menunjukkan jumlah bercak yang terlihat dari maserat 3 (tiga) bercak dengan Rf 0,13; 0,94; 0,97, ekstrak  soxhlet 4 (empat) bercak dengan Rf 0,15; 0,86; 0,92; 0,94, infusa 3 (tiga) bercak dengan Rf 0,06; 0,14; 0,94, dan dekokta 3 (tiga) bercak dengan Rf 0,06; 0,13; 0,97. Senyawa yang terkandung dalam infusa, dekokta, maserasi dan soxhletasi daun salam terdiri dari flavonoid, terpenoid, triterpenoid, fenolik, kumarin dan antrakuinon. Senyawa yang selalu terlihat pada infusa, dekokta, maserasi dan soxhletasi daun salam adalah terpenoid/triterpenoid. Metode maserasi dan soxhletasi dari daun salam, menghasilkan golongan senyawa flavonoid, kumara, dan antrakuinon. Profil fitokimia daun salam berbeda tergantung pada metode ekstraksi infusa, dekokta, maserasi, dan soxhletasi.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2023