ABSTRAK: Fenomena kemanusian seperti pelanggaran HAM, aksi-aksi radikalisme, tindakan kekerasan (pembunuhan dan pengeboman), permusuhan antar sesama, maraknya penggunaan narkoba dan dinamika sosial lainnya telah merugikan kehidupan berbangsa dan bernegara yang menginginkan kehidupan yang sejuk dan damai. Oleh karena itu, pendidikan Islam dan pengembangannya dalam bentuk pendidikan Islam yang inklusif dan anti radikalisme perspektif KH. Abdurrahman Wahid dapat dijadikan solusi bersama di tengah-tengah maraknya “faham-faham radikalisme” yang dipertontonkan oleh beberapa oknum muslim dan organisasi Islam di Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan konsep, model dan implementasi pengembangan pendidikan Islam yang inklusif dan anti radikalisme perspektif KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam konteks pendidikan di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: 1) konsep pengembangan pendidikan Islam yang inklusif dan anti radikalisme perspektif KH. Abdurrahman Wahid adalah pendidikan multikultural yang bertujuan untuk belajar hidup dalam perbedaan, membangun sikap saling percaya, memelihara saling pengertian, menjunjung sikap saling menghargai, mengajarkan berfikir secara terbuka, apresiasif, dan interdependensi dan sistem pendidikan Islam yang menghargai ragam budaya sesuai basis sosio-kultural masyarakat; 2) model pengembangannya dapat dilakukan melalui pribumisasi Islam, yakni proses integrasi Islam dengan budaya lokal atau pendidikan Islam dengan pendidikan lokal kedaerahan, sehingga terbentuk suatu sistem pendidikan yang mampu menerapkan pembaharuan Islam dan budaya secara kontekstual dan komprehensif; dan 3) Implementasi pengembangan pendidikan Islam yang inklusif dan anti radikalisme perspektif Gus Dur dalam konteks pendidikan di Indonesia yaitu menjadikan pendidikan Islam yang sebagai syiar Islam dengan beberapa strategi yang dapat digunakan, yaitu; strategi politik, strategi kultural dan strategi sosial. Abstract: Human phenomena include abuses of human rights, radical acts of violence (murders and bombings), interpersonal animosity, the development of drug usage, and other social dynamics have hurt the nation's and state's desire for a calm and peaceful existence. In light of the rise in "radicalism notions" expressed by a number of Muslim people and Islamic organizations in Indonesia, it is possible to use Islamic education and its development in the form of Islamic education that is both inclusive and anti-radical. This is according to KH. Abdurrahman Wahid. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) in relation to Indonesian education. The findings of his study demonstrate that: 1) KH. Abdurrahman Wahid's concept of inclusive Islamic education and anti-radicalism is a multicultural education that aims to teach open thinking, appreciation, and interdependence as well as an Islamic education system that respects various cultures in accordance with the socio-cultural foundations of society; 2) The development model can be implemented through the indigenization of Islam, or the process of integrating Islamic education with local regional education, in order to create an educational system that is capable of applying Islamic and cultural renewal contextually and comprehensively; and 3) Making Islamic education a symbol of Islam through the use of various strategies, including political strategy, cultural strategy, and social strategy. This is done from Gus Dur's perspective on the implementation of the development of Islamic education that is inclusive and anti-radicalism in the context of education in Indonesia. Keywords: Inklusif, Radicalism
Copyrights © 2021