Pakan dalam bisnis ikan lele sangkuriang size konsumsi menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh para pembudidaya ikan lele di desa (gampong) Ujong Drien Kabupaten Aceh Barat. Hasil diskusi dengan pembudidaya setempat, didapatkan informasi bahwa dari awal tebar hingga panen (tiga bulan) semua pembudidaya menggunakan pakan (pelet) komersil dan setelah dianalisis didapatkan data bahwa jika dibandingkan harga jual ikan lele konsumsi ditingkat pembudidaya (Rp.23.000/kg) dengan total pakan yang dihabiskan (FCR: 2, harga pakan Rp.10.000/kg), pembudidaya hanya mendapatkan profit Rp.3.000/kg. Dengan demikian dapat diartikan para pembudidaya belum mendapatkan profitabilitas yang optimal dari bisnis ini. Keuntungan pembudidaya yang relatif kecil diduga karena mahalnya harga pakan komersil saat ini. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas mitra dalam bisnis ikan lele dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yaitu memanfaatkan ikan rucah (trash fish) dalam pembesaran ikan lele untuk jangka panjang. Hal ini karena kondisi geografis gampong yang merupakan wilayah pesisir sehingga ketersediaan bahan baku lebih terjamin disamping harga yang terjangkau/kg. Adapaun metode pelaksanaan kegiatan adalah edukasi, demostrasi dan diskusi terbuka antara pengusul dan peserta 12 orang. Kegiatan pengabdian ini telah memberikan manfaat kepada mitra seperti pengetahuan baru, meningkatkan keterampilan dan mendapatkan penghasilan lebih dalam bisnis ikan lele. Manfaat ekonomi yang dirasakan setelah kegiatan yaitu didapatkan nilai FCR selama pembesaran adalah 4, harga ikan rucah Rp.4.000/kg dan pembudidaya mendapatkan profit Rp.7.000/kg. Dengan demikian trash fish dapat dijadikan solusi dalam menekan cost pakan selama pembesaran ikan lele di wilayah pesisir.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2023