Tulisan ini berupaya membahas strategi pelestarian hula-keta (sagu panggang) di Tidore dengan menggunakan film dokumenter. Dengan menggunakan metode etnografi dan pendekatan kualitatif, penulis mengumpulkan berbagai data (tekstual dan audio-visual) dengan berbagai teknik meliputi wawancara dengan para informan kunci, observasi beberapa lokasi penting, dan dokumentasi (pengambilan gambar dan video) beberapa lokasi bersejarah. Kekayaan data memudahkan penulis untuk menyusun jalan cerita film dan menyajikannya dalam bentuk film dokumenter. Penulis secara kolaboratif menginisiasi pembuatan film dokumenter bertajuk “hula-keta: bukan Maluku tanpa Sagu†(2023). Film ini mengisahkan aspek kesejarahan, pengolahan, dan cara menikmati sagu panggang itu. Selain itu, berbagai isu terkait eksistensi dan upaya pewarisan hula-keta juga digambarkan. Film ini dapat dijadikan sebagai media penguatan ketahanan sosial-budaya di Tidore. Jejak rekam film ini tetap dapat dinikmati oleh generasi penerus. Mereka diharapkan dapat terinspirasi dan meneruskan estafet pewarisan kebudayaan di Tidore. Selain itu, penulis juga berharap bahwa film dokumenter dapat digunakan untuk memberikan berbagai pesan moral pada khalayak. Para pembuat film dokumenter atau jenis film lainnya jangan hanya tergiur pada keuntungan yang didapat dan jumlah penonton yang melihat. Sudah seharusnya mereka ikut berpartispasi dalam melestarikan kebudayaan daripada berfokus melakukan komodifikasi kebudayaan itu sendiri.
Copyrights © 2023