Prevalensi stunting di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2021 menurun sebesar 6% jika dibandingkan dengan tahun 2019. Sejalan dengan hal tersebut, prevalensi stunting di Kabupaten Demak berangsur-angsur menurun hingga pada tahun 2022 menjadi 16,2%. Namun demikian, jika melihat target capaian penurunan stunting pemerintah pada 2023, yaitu sebesar 14%, maka rencana aksi pencegahan dan penanggulangan stunting harus lebih baik lagi terutama dalam pengendalian faktor risikonya. Maka dari itu, penelitian ini mencoba mengidentifikasi salah satu faktor risiko langsung terjadinya stunting, yaitu pemberian ASI. Penggunaan desain penelitian kuantitatif-kualitatif menggunakan metode cross sectional digunakan dalam merancang penelitian. Populasi dalam penelitian sejumlah 618 balita. Pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan data balita stunting dari 27 puskesmas di Kabupaten Demak. Sampel kuantitatif diambil sejumlah 195 responden, sedangkan 27 informan dipilih guna melengkapi kajian kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada Juni - Desember 2021. Balita stunting di Kabupaten Demak sebagian besar adalah perempuan (51,8%), dengan riwayat lahir normal (86,7%). Tingkat pendapatan keluarga dalam satu bulan tergolong rendah (< UMR) yaitu sebesar 65%. Tingkat pendidikan ibu tergolong rendah yaitu 42,6% di tingkat SMP. Sebagian besar balita stunting mendapatkan ASI ekslusif (78,9%), memiliki kebiasaan menyusu > 6 kali dalam sehari (52,6%), dan durasi menyusu yang relatif panjang (> 2 tahun) yaitu sebesar 59,8%. Berdasarkan penggalian informasi juga didapatkan faktor budaya setempat yang ikut mempengaruhi kegiatan menyusui. Faktor pemberian ASI secara garis besar mampu menggambarkan kejadian stunting pada balita.
Copyrights © 2023