Kanker ovarium merupakan penyebab utama kematian pada wanita yang didiagnosis sebagai kanker ginekologi. Tingginya angka kematian akibat kanker ovarium karena mayoritas kasus bersifat asimptomatik dan skrining yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis masih kurang. Hal ini menyebabkan kanker ovarium dikenal sebagai silent killer. Etiologi spesifik kanker ovarium hingga belum diketahui dengan pasti, namun teradapat beberapa faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya kanker ovarium. Faktor risiko genetik diduga berkaitan erat dengan kejadian kanker ovarium, diantaranya mutasi pada gen TP53, BRCA1 dan BRCA2. Diagnosis kanker ovarium sulit dilakukan pada stadium dini karena tidak adanya gejala spesifik. Untuk menegakkan diagnosis kanker ovarium dibutuhkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan, USG, pemeriksaan tumor marker dan biopsi. Hingga saat ini, pembedahan masih menjadi penatalaksanaan utama bagi kanker ovarium. Pemeriksaan histopatologi juga perlu dilakukan untuk menentukan keganasan, jenis kanker, dan penentuan staging. Kemoterapi adjuvan diberikan pada pasien setelah pembedahan, kecuali jika penyakit hanya terbatas pada ovarium dan pada kanker yang tidak bisa dioperasi. Prognosis kanker ovarium bergantung dari jenis kanker, stadium dan komplikasi yang terjadi. Pada jurnal ini dilaporkan kasus seorang pasien perempuan, berusia 59 tahun dengan carcinoma endometrioid ovary pada struma ovarii.
Copyrights © 2023