Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan posisi folklor mamassuro dan manca dalam prosesi tradisi pernikahan di Desa Sapeken, mendeskripsiskan makna simbolik mamassuro dalam pernikahan di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, mendeskripsiskan makna simbolik manca dalam pernikahan di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika Charles Sander Pierc. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan posisi folklor mamassuro dan manca memiliki posisi penting dalam prosesi pernikahan di Desa Sapeken yang menyangkut .nagu baun, ngalaku, ngimpuan ringgit, mamassuro, ngireh. Makna simbolik Mamassuro dalam pernikahan, yaitu Kakampu (alat dapur, mempunyai makna berupa pesan kepada mempelai laki-laki agar memenuhi kebutuhan pangan keluarga, buah-buahan, mempunyai makna berupa harapan untuk kedua mempelai agar selalu diberikan rizki yang melimpah, Alat sholat, mempunyai makna barupa harapan agar hubungan yang dibangun berlandaskan pada nilai nilai agama), Tikolok panangat: Songkol pallopo (harapan untuk kedua mempelai agar tetap langgeng dan bahagia sampai ajal menjemput meraka dan makna dari gula merah agar kedua mempelai selalu bahagia) Panangat (makna berupa harapan ketentaraman dalam rumah tangga dan lingkungan sekitar yang dilambangkan dengan daun leko). Makna simbolik manca dalam pernikahan yaitu: Bujjak (simbol dari kelaki-lakian), Manca (simbol watak dan harga diri yang tinggi)
Copyrights © 2023