Pandemi Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan suatu masalah kesehatan yang tengah berlangsung di lebih dari 200 negara di dunia. Indonesia sendiri melaporkan Pada tahun 2022 jumlah ini meningkat menjadi 158.000 pasien yang meninggal karena COVID-19 di Indonesia. Pada bulan September 2022, Indonesia sendiri melaporkan total kasus sebanyak 6.430.000 kasus dan 158.000 kematian (CFR 2,5%). Saat ini banyak data penelitian mengenai kondisi kritis dan hasil dari perawatan pasien COVID-19, namun masih sedikit diketahui mengenai penanda potensial untuk kondisi kritis pasien. Penelitian ini merupakan penelitian analitis korelasional dengan disain Retrospektif kohort Study. Jenis kelamin laki-laki mendominasi perawatan dan mortalitas di ruang intensif COVID-19 dengan mayoritas usia yang dirawat rata-rata 57,75 tahun. Analisis univariat marker inflamasi menunjukkan mayoritas jumlah leukosit normal , kadar CRP meningkat, procalcitonin normal, albumin darah menurun dan NLR meningkat. Analisis bivariat menunjukkan variabel procalcitonin (p= 0,021) mempunyai hubungan signifikan dengan mortalitas COVID-19. Sedangkan variabel jumlah leukosit, CRP, Albumin darah, dan NLR tidak berhubungan signifikan dengan mortalitas. Marker inflamasi procalcitonin merupakan variabel yang paling dominan dengan mortalitas COVID-19 (p=0,021; OR=2,97; 95%CI (1,248-7,098). Marker inflamasi Procalsitonin yang meningkat mempunyai peluang 2,97 kali lebih besar untuk terjadi Mortalitas Covid 19 dibanding pasien dengan kadar procalsitonin normal di Unit Perawatan Intensif RS Ukrida pada tahun 2020-2021.Marker inflamasi prokalsitonin dapat dipertimbangkan sebagai faktor prediktor tingkat keparahan gejala COVID-19 serta memprediksi risiko mortalitas pasien. sehingga para klinisi dapat mempersiapkan kemungkinan hal buruk yang dapat terjadi pada pasien.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2023