Pembelajaran membaca di kelas rendah merupakan pondasi awal perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga menuntut guru untuk lebih kreatif dalam mengajar membaca permulaan. Jumlah siswa di kelas 1 SDN Sadang 18 anak yang berasal dari taman kanak-kanak yang berbeda, sehingga kemampuannyapun berbeda pula. Pada saat pendaftaran peserta didik baru dilakukan wawancara atau tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam hal membaca. Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapatkan data bahwa 50% siswa masih belum bisa membaca bahkan 30% diantaranya masih belum hafal symbol-symbol huruf. Sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut guru mencoba menggunakan media “ HUPARO” untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I di SDN Sadang kec. Taman. HUPARO merupakan akronim dari HUruf PAda Roda berputar. Prinsip penggunaannya mirip dengan komedi putar, hanya saja media ini sengaja didesain khusus untuk belajar membaca. Guru mendesain media ini dengan maksud untuk menarik minat belajar siswa. Jika sudah tertarik untuk belajar maka selanjutnya akan lebih mudah untuk dipelajari. Dari analisis hasil pada tahap observasi dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan media HUPARO pada kegiatan pembelajaran membaca permulaan siswa kelas I SDN Sadang, pembelajaran berjalan dengan lancar dan siswapun menjadi bersemangat dalam belajar. Selain itu berdasarkan hasil evalusi didapatkan data bahwa ada 11 dari 16siswa tuntas belajar, atau jika diprosentase adalah sebesar 68,75%. Hasil tersebut ketuntasan kelas masih belum tercapai sehingga dibutuhkan tindakan perbaikan pada siklus 2 dengan kembali menggunakan media HUPARO dalam pembelajaran membaca permulaan. Setelah melihat hasil obeservasi pembelajaran pada siklus 2 dapat dijelaskan bahwa pada siklus 2 ini pembelajaran telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan desain pembelajaran serta harapan penulis. Artinya siswa yang sebelumnya pasif menjadi aktif, kelas yang sebelumnya sunyi sekarang menjadi ramai dengan tanya jawab dan siswa yang sebelumnya terlihat kurang bersemangat sekarang menjadi bersemangat dan tertarik untuk belajar. Dan sesuai dengan fokus penelitian siswa yang tadinya belum bisa membaca menjadi bisa membaca. Hasil belajar siswa pada siklus 2 hasilnya sungguh memuaskan. Karena 98% siswa di kelas telah tuntas belajar. Persentase tersebut telah memenuhi kriteria ketuntasan kelas. Sehingga tidak membutuhkn siklus 3 karena kelas telah tuntas belajar.
Copyrights © 2020