Sumber daya alam yang beragam di Indonesia memiliki banyak manfaat terutama dalam mengatasi penyakit, seperti penuaan, kanker, kardiovaskular, gangguan neurologis dan autoimun. Salah satu yang berperan dalam perkembangan penyakit tersebut adalah stres oksidatif dimana terjadi ketidakseimbangan antara produksi serta akumulasi spesies reaktif oksigen (ROS) dengan jumlah antioksidan dalam tubuh yang berperan mendetoksifikasi produk reaktif ini. Antioksidan dapat berasal baik dari endogen maupun eksogen. Dalam upaya menghindari terjadinya stres oksidatif, tubuh memerlukan antioksidan eksogen. Daun salam merupakan salah satu sumber antioksidan eksogen. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa daun salam kaya akan antioksidan, maka dari itu, penelitian ini ingin menggali lebih dalam mengenai kandungan antioksidan pada daun salam. Penelitian eksperimental bersifat in vitro ini mencakup uji fitokimia dan uji kapasitas antioksidan. Ekstrak daun salam didapatkan dengan teknik perkolasi menggunakan pelarut metanol. Alat spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk mendapatkan data yang kemudian diolah menggunakan GraphPad Prism v.7.0 La Jolla, California, USA. Pada uji fitokimia didapatkan bahwa daun salam mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, betasianin, tanin, steroid, terpenoid, fenol, kardio glikosida, dan kuinon. Hasil uji kapasitas total antioksidan dengan metode metode ABTS yakni IC50 46,416 µg/mL, DPPH yakni IC50 168,4 µg/mL, dan metode FRAP IC50 yakni 11,40 µg/mL. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa potensi sebagai antioksidan yang dimiliki daun salam termasuk golongan kuat.
Copyrights © 2023