Siufui Hendrawan
Bagian Biokimia Dan Biologi Molekular, Fakultas Kedokteran, Universitas Tarumanagara, Jalan Letjen S. Parman Nomor 1, Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

EFEK ANTIOKSIDAN PEMBERIAN EKSTRAK PLASENTA DOMBA ORAL PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY: Efek Antioksidan Ekstrak Plasenta Domba Siufui Hendrawan; Sukmawati Tansil Tan; Nuraeni; Meilani Kumala
Jurnal Medika Hutama Vol. 3 No. 03 April (2022): Jurnal Medika Hutama
Publisher : Yayasan Pendidikan Medika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sheep placental extract (SPE) has been widely consumed in several parts of the world, owing to its capability to enhance vitality and anti-aging activity. However, the biological mechanism and safety effect of SPE have not been robustly studied. Hence, this research aims to assess the antioxidant capacity and broad safety effect of the SPE. An experimental study was conducted on Sprague Dawley rats (n=9 male; n=9 female); randomly allocated into 3 groups (n=6). The control group received distilled water, low-dose group received 500 mg/kg BW of SPE, while high-dose group received 1000 mg/kg BW of SPE; 3 times a week for 1 month respectively. At endpoint, superoxide dismutase (SOD) activity was measured as the parameter of antioxidant capacity and histopathology staining was performed on several tissues: skin, liver, uterus, ovarium, testicle; using Haematoxylin Eosin staining to assess the SPE toxicity effect. As the result, the SOD activity increased in line with the SPE doses given. Although not statistically significant different compared with the control group (54.49±18.41 %inhibition rate), the highest mean SOD activity was found on high-dose group (64.30±9.21 %inhibition rate), while low-dose group had mean SOD activity of 61.60±14.69 %inhibition rate. The effect of SPE on SOD activity did not appear to cause significant differences between male and female rats. Histopathological examination did not show any abnormalities in skin, liver, or reproductive organs caused by the SPE. This study demonstrated that oral administration of SPE in rats could increase antioxidant capacity, although not significantly and did not exert any toxicity effect in general.
Gambaran Tingkat Pengetahuan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara mengenai Hubungan COVID-19 dan Penyakit Jantung Santy Marshanda; Paskalis Gunawan; Siufui Hendrawan; Clement Drew; Rebekah Malik
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 4 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.688 KB) | DOI: 10.31004/jpdk.v4i4.6458

Abstract

Pada bulan Desember 2019 di Provinsi Hubei, Wuhan, Cina terjadi wabah pneumonia yang disebabkan oleh coronavirus dan menyebar ke seluruh Cina. Patogen ini secara resmi oleh WHO dinamai sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus-2(SARS-CoV-2). Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) telah diidentifikasikan sebagai reseptor fungsional untuk SARS-CoV-2 dimana infeksi yang terjadi dipicu oleh pengikatan protein spike virus ke ACE2 dan diekspresikan ke jantung dan paru- paru. SARS-CoV-2 akan menyerang sel epitel alveolar dan menyebabkan gejala pernapasan. Gejala yang ditimbukan ini lebih parah pada pasien-pasien dengan penyakit jantung dan mungkin terkait dengan peningkatan sekresi dari ACE2. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Hasil dari karakteristik demografi responden berdasarkan jenis kelamin, dalam penelitian ini yaitu jumlah perempuan 54 orang (77,1%) dan jumlah laki-laki 16 orang (22,9%). Berdasarkan usia, responden tertua dalam penelitian ini berusia 24 tahun sebanyak 1 orang (1,4%) dan usia termuda adalah 19 tahun sebanyak 3 orang (4,3%). Jika dilihat berdasarkan frekuensi skor kuesioner didapatkan dari total 12 pertanyaan, skor terendah adalah 4 dan skor tertinggi adalah 11 dengan nilai rata-rata pada penelitian ini adalah 6,84. Berdasarkan tingkat pengetahuan responden mengenai hubungan COVID-19 dan penyakit jantung didapatkan responden dengan kategori baik berjumlah 2 orang (2,9%), responden dengan kategori cukup berjumlah 37 orang (52,9%) dan responden dengan kategori kurang berjumlah 31 (44,3%). Prevalensi tertinggi yakni kategori cukup (52,9%) diikuti oleh kurang (44,3%) dan baik (2,9%). Dari 70 mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara, didapatkan prevalensi tingkat pengetahuan baik sebanyak 2 orang (2,9%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 37 orang (52,9%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 31 orang (44,3%). Dari 70 mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara didapatkan prevalensi tingkat pengetahuan mengenai COVID-19 dengan kategori baik sebanyak 12 orang (17,1%), tingkat pengetahuan mengenai COVID-19 dengan kategori cukup 20 orang (28,6%) dan tingkat pengetahuan mengenai COVID-19 dengan kategori kurang 38 orang (54,3%).
Uji fitokimia, aktivitas antibakteri dan aktivitas antioksidan batang bayam duri Jourdy Keintjem; Siufui Hendrawan
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 3 (2019): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v2i1.5872

Abstract

Indonesia, sebagai negara tropis, memiliki banyak tanaman obat atau herbal yang potensial untuk promosi kesehatan dan terapi ajuvan. Penggunaan tanaman herbal sebagai pengganti obat juga sedang popular dikarenakan efek samping lebih sedikit dibandingkan penggunaan obat. Namun tentunya harus dapat teruji secara ilmiah. Maka berangkat dari pemahaman tersebut, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah tanaman herbal dapat berguna bagi kesehatan. Bayam duri dipilih sebagai objek penelitian dikarenakan kurangnya pengetahuan atau pengujian akan tanaman herbal ini. Tiga pengujian yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah uji fitokimia, uji aktivitas antibakteri dan uji aktifitas antioksidan. Pengujian antibakteri dilakukan terhadap bakteri Escherichia Coli. Pengujian anti oksidan dilakukan pada 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Hasil penelitian tersebut, batang bayam duri segar menunjukkan hasil steroid positif yang tinggi dan saponin positif rendah. Ekstrak kloroform batang bayam duri juga terdeteksi dengan steroid positif yang tinggi, hasil positif rendah terpenoid, fenolik dan flavonoid. Ekstrak batang bayam duri menunjukkan aktivitas antioksidan (IC50) sebesar 896,87 ppm namun tidak ada aktivitas antibakteri terhadap Escherichia Coli. Maka dapat disimpulkan bahwa batang bayam berduri masih dapat berpotensi sebagai antioksidan.
Uji fitokimia dan kapasitas total antioksidan ekstrak bunga kantong Semar (Nepenthes rafflesiana Jack) Novelee Irawan Putri; Siufui Hendrawan; Frans Ferdinal
Tarumanagara Medical Journal Vol. 4 No. 2 (2022): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v4i2.20815

Abstract

Stres oksidatif dapat terjadi akibat paparan reactive oxygen species (ROS) sehingga melebihi jumlah antioksidan di dalam tubuh. Kondisi ini dapat diatasi dengan penambahan antioksidan eksogen yang berasal dari bahan alam herbal. Salah satu tanaman yang tumbuh di tanah Borneo, yaitu bunga kantong Semar (Nepenthes rafflesiana Jack) telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Studi ini untuk memeriksa kandungan metabolit sekunder, potensi antioksidan, tingkat toksisitas dan analisis sidik jari biologi bunga kantong Semar. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelaru metanol. Uji fitokimia dilakukan secara semikualitatif. Uji kapasitas total antioksidan dilakukan dengan metode Blois menggunakan DPPH (1,1-diphenyl-2-picryhydrazyl). Pada uji fitokimia didapatkan ekstrak bunga kantong Semar mengandung alkaloid, flavonoid, kardioglikosida, glikosida, saponin, kumarin, fenolik, kuinon, antosianin, steroid, terpenoid, dan tanin. Ekstrak bunga kantong Semar memiliki kapasitas total antioksidan (IC50 = 38,83 µg/mL) yang termasuk kategori antioksidan yang tinggi (IC50 ≤ 50 ppm), kadar fenolik total (13.035,60 µg/mL), kadar alkaloid total (130,50 µg/mL). Kesimpulan studi ini ialah ekstrak bunga kantong Semar (Nepenthes rafflesiana Jack) berpotensi sebagai antioksidan.
Hubungan Penggunaan APD Dengan Infeksi Covid-19 Pada Bidan Di Sekertariat IBI Ranting Tigaraksa Fairuz Zefiro Letius; Silviana Tirtasari; Siufui Hendrawan
Journals of Ners Community Vol 13 No 6 (2022): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i6.2399

Abstract

Coronavirus Disease (COVID-19) first reported in Wuhan, China On December 31, 2019. In January 2020, World Health Organization (WHO) declared COVID-19 as a global health emergency. Confirmed cases of COVID-19 in Indonesia until September 21, 2021, amounted to 4 million cases, with death rate of 140 thousand people. This study determine the correlation between the use of PPE with COVID-19 infection in midwives. Analytical research with a cross-sectional design. subjects of this study are midwives who actively treated patients and is an active members of Tigaraksa IBI branch who met inclusion and exclusion criteria totaling 153 respondents, data were collected on March 4, 2022. Average age of respondents was 29 years old. 69 respondents (45.1%) have an education level of D3 and 84 respondents (54.9%) have an education level of S1. The average work experience of each respondent is 6 years, the longest work experience is 32 years and the most recent is 1 year. majority of midwives implemented PPE. 129 out of all respondents (84.3%) implemented PPE and only 24 respondents (15.7%) did not. There were 99 respondents (64.7%) infected with COVID-19 and 54 respondents (35.3%) who were not infected. There were 13 respondents (54.2%) who did not use PPE and were not infected with COVID – 19 and 11 respondents (45.8%) who did not use PPE and were infected with COVID-19. 41 respondents (31.8%) use PPE and are not infected with COVID-19, and there were 88 respondents (68.2%) who use PPE and are infected with COVID-19. The relationship between the use of PPE with COVID-19 infection obtained a significant value of 0.061, there no relationship between the implementation of PPE and COVID-19 infection in midwives at the IBI Branch Tigaraksa secretariat
Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pentingnya APD Pada Tenaga Kesehatan Selama Pandemi Covid-19 Shomadya Bayu Ifana; Silviana Tirtasari; Siufui Hendrawan
Journals of Ners Community Vol 13 No 6 (2022): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i6.2400

Abstract

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease caused by the Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2), which first appeared in Wuhan, China and was reported in December 2019. In early October 2021, it was reported According to the World Health Organization (WHO), there are approximately 233 million people in the world who have confirmed COVID-19, while the number of patients who died has been recorded at approximately 4 million people. This study was to describe the knowledge, attitudes, and behavior of the importance of PPE for health workers in hospitals. This research is a descriptive cross-sectional design. In this study, all health workers at Sunan Kudus Islamic Hospital who met the inclusion and exclusion criteria were 169 respondents. In the study, the average age of respondents was 35 years, 135 respondents (79.9%) were women and 34 respondents (20.1%) were men. The average length of work of respondents is 10 years, the longest working respondent is 30 years and the new one is 1 year. The majority who worked in the inpatient room were 109 respondents (64.5%), outpatient room 31 respondents (18%), intensive care room 8 respondents (4.7%), emergency room 21 respondents (12.4%). The picture of the majority of good knowledge on the importance of PPE 168 respondents (99.4%), less good one respondent (0.6%), good attitude towards the importance of PPE 167 respondents (98.8%), bad attitude 2 respondents (1,2 %), good behavior on the importance of PPE 167 respondents (98.8%), bad behavior 2 respondents (1.2%). Health workers have good knowledge, attitude and behavior overall about the importance of PPE
TRANSPLANTASI HEPATOSIT: TERAPI POTENSIAL YANG MENJANJIKAN UNTUK SIROSIS HEPATIK Siufui Hendrawan; Marcella Rumawas
Ebers Papyrus Vol. 16 No. 2 (2010): EBERS PAPYRUS
Publisher : Medical Faculty Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sirosis hati merupakan salah satu penyebab utama kematian. Penya-kit hati stadium akhir ini, tidak hanya menyebabkan kesakitan dan kematian, tetapi juga membawa kerugian ekonomi yang cukup besar. Pada sirosis, akibat kematian  hepatosit, jaringan hati akan digantikan oleh jaringan fibrosis serta kehilangan fungsinya. Sekali memasuki tahap ini, kerusakan jarigan hati tidak dapat dipulihkan kembali sekalipun penyebabnya berhasil dia­ tasi. Terapi standar untuk sirosis sampai sekarang hanya dapat menunda perkembangan penyakit  dan mengurangi  komplikasi.  Di sisi lain, transplantasi  organ hati menawarkan terapi yang definitif untuk penyakit ini. Akan tetapi, prosedur ini memiliki banyak tantangan, seperti kurangnya jumlah organ donor, biaya perawatan yang tinggi, serta kesulitan teknis dan perawatan  intensif pasca operasi. Setelah melalui penelitian bertahun-tahun,  seka­ rang ini transplantasi sel hati telah diusulkan sebagai terapi altematif  untuk kasus gagal hati. Keuntungan  transplantasi hepatosit ini mencakup prosedur yang sederhana, aman, dan lebih murah dibandingkan dengan transplantasi organ hati
Telaah Lebih Jauh Terhadap Prion : Protein Patologis Sebagai Agen Penyakit Siufui Hendrawan
Ebers Papyrus Vol. 15 No. 2 (2009): EBERS PAPYRUS
Publisher : Medical Faculty Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

lstilah prion, proteinaceous infectious particle, diperkenalkan oleh Stanley Prusiner, peme­ nang hadiah Nobel, pada tahun 1982 untuk menyebut agen infeksi penyebab penyakit pri­ on. Penyakit prion, yang juga dikenal dengan transmissible spongiform encephalopathies (TSEs), adalah sekelompok penyakit neurogeneratif yang bersifat fatal pada mamalia, yang timbul balk secara genetik, infeksius, maupun sporadik. Disebut spongiform enceph­ alopathies karena otak mamalia yang terkena penyakit ini tampak seperti spons, akibat akumulasi vesikel yang besar. Penyakit-penyakit prion yang telah dikenal, balk pada he­ wan (scrapie, mad cow disease) maupun manusia (Creutzfeld-Jacob Disease, Gerstmann­ Straussler-Scheinker  Syndrome,  Kuru, dan Fatal  Insomnia),  dapat berkembang selama bertahun-tahun dan semuanya berakibat fatal. Walaupun 15 tahun lalu, timbul skeptisisme, ketika Prusiner pertama kali menyatakan bahwa agen penyebab penyakit TSEs adalah molekul protein yang disebut prion. Sekarang ini semakin dapat dibuktikan bahwa pro­ tein prion (PrPSc), bentuk patologik dari selular prion protein (PrPC), banyak terakumu­ lasl pada otak penderita TSEs. Protein PrPC dalam perkembangannya dapat mengalami salah lipat (misfolding) sehingga berubah konformasinya membentuk PrPSc. Deposit pro­ tein PrPSc ini di dalam otak lama-kelamaan akan mengakibatkan timbulnya kelainan pada sistem saraf
Implikasi Klinis Mutasi Gen Transketolase-Like 1 Pada Penyakit Kanker Siufui Hendrawan
Ebers Papyrus Vol. 15 No. 3 (2009): EBERS PAPYRUS
Publisher : Medical Faculty Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Transketolase adalah enzim yang mengkatalisis konversi gula ketosa dan aldosa pada jalur pentosa fosfat. Sampai saat ini telah berhasil diidentifikasi tiga jenis gen transketolase (TKT, TKTL1, dan TKTL2) serta adanya mutasi (delesi internal) pada gen transketolase­ like 1 (TKTL1). Mutasi pada gen TKTL1 ini akan menyebabkan hilangnya sejumlah residu asam amino pada protein yang disandinya. Meski protein TKTL1 yang disintesis tetap memiliki aktivitas enzim transketolase, namun enzim mutan ini memiliki karakteristik yang berbeda dari enzim transketolase konvensional. Perubahan aktivitas enzim ini memberi­ kan implikasi klinis pada penyakit kanker. Pada kanker teradi TKTL1, baik pada tingkat mRNA maupun protein. Peningkatan enzim TKTL1 ini dikaitkan dengan perubahan metabolisme akan dipecah. secara anaerob menjadi laktat lewat jalur pentosa fosfat meski tersedia oksigen. Jadi pemecahan glukosa oleh enzim TKTL1 pada sel kanker bersifat oksigen inde­ penden (modified pentosa-phosphate pathway). Metabolisme altematif glukosa ini sangat menguntungkan bagi karsinogenesis. Jadi enzim TKTL1 berperan panting pada pertumbuhan sel tumor. Penghambatan enzim ini terbukti dapat menekan proliferasi sel kanker. TKTL1 dapat menjadi target yang relevan bagi intervensi terapeutik kanker.
Kapasitas Total Antioksidan dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Rebecca Rebecca; Siufui Hendrawan
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi Vol 11, No 1 (2023): June
Publisher : Department of Biology Education, FSTT, Mandalika University of Education, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/bioscientist.v11i1.9202

Abstract

Oxidative stress is an imbalance between the production of Reactive Oxygen Species (ROS) and antioxidants in the body. One plant that contains antioxidants is binahong leaves (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). To determine the compound content contained in binahong leaves, a total antioxidant capacity test and toxicity test were carried out on binahong leaves. This research used an in-vitro experimental study consisting of an antioxidant capacity test with DPPH (1.1-diphenyl-1-picrylhydrazil) and a bioassay, namely a toxicity test with the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) from binahong leaf extract. Extraction of binahong leaves is carried out using the maceration method using methanol solvent and then evaporated to obtain the extract. The total antioxidant capacity test was carried out using the Blois method, the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) toxicity test using the Meyer method. In the antioxidant capacity test, the IC50 value was 284.199 μg/mL, which means that the antioxidant capacity of binahong leaf extract is relatively low. In the toxicity test, the LC50 was obtained at 302.25 μg/mL, which means that binahong leaf extract has a level of toxicity against (Artemia salina L.) shrimp larvae. So it can be concluded that binahong leaf extract has relatively low antioxidant capacity and has toxic properties which are thought to have antimitotic properties.