Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengungkapkan asbab wurud hadits Ghadir Khum, (2) mengungkapkan takhrij hadits Ghadir Khum, (3) mengungkapkan pemahaman hadits Ghadir Khum versi Syiah, dan (4) mengungkapkan pemahaman hadits Ghadir Khum versi Sunni. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif kajian pustaka dengan teknik analisis isi. Fokus penelitian ini adalah pemahaman hadits Ghadir Khum dalam versi Syiah dan versi Sunni, yang dirinci menjadi beberapa subfokus, yaitu (1) asbab wurud hadits Ghadir Khum, (2) takhrij hadits Ghadir Khum, (3) pemahaman hadits Ghadir Khum versi Syiah, dan (4) pemahaman hadits Ghadir Khum versi Sunni. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis isi. Hasil penelitian ini adalah (1) Syiah telah menjauhkan peristiwa Ghadir Khum dari konteksnya. Hadis Ghadir Khum tidak ada hubungannya sama sekali dengan Imamah atau Khilafah, dan jika tidak demikian, maka tidak ada yang menghalangi Nabi SAW untuk menyatakan dengan jelas dari menggunakan kata “mawla” yang dikenal oleh semua orang bermakna “sahabat tercinta”, (2) Lebih-lebih lagi, Ghadir Khum terletak 250 km dari Mekah, jika Nabi SAW bermaksud untuk mencalonkan Ali RA maka semestinya dia akan melakukan hal itu pada pertemuan yang lebih besar di puncak Gunung Arafat selama Khotbah Perpisahan di depan semua kaum muslimin dari setiap penjuru kota, dan (3) Paradigma Syiah secara keseluruhan didasarkan pada ide sekilas dan mudah disangkal bahwa Ghadir Khum adalah lokasi sentral di mana semua umat Islam akan berkumpul bersama sebelum berpisah dan pergi ke rumah masing-masing. Padahal, hanya Muslim yang menuju ke Madinah yang akan melewati Ghadir Khum, bukan Muslim yang tinggal di Mekah, Taif, Yaman, dll.Kata Kunci: Ghadir Khum, Syiah, Sunni, Maula, dan Ahlul Bait.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2017