Secara umum sebagian kawasan hutan di Kabupaten Sarolangun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat terutama untuk aktivitas berkebun dan ladang. Jika kawasan hutan tersebut tidak diarahkan pada kebijakan yang konkrit dan terarah maka akan berdampak pada pengalihan fungsi kawasan hutan menjadi kawasan sektor perkebunan atau kegiatan perekonomian lainnya. Pengusahaan hutan tanaman rakyat diharapkan harus diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan hutan bagi industri perkayuan dan dapat menciptakan lapangan kerja. Tujuan utama dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui secara finansial usaha pada hutan tanaman rakyat karet sadap maupun tanaman karet tanpa (2). Untuk memperoleh skala usaha pengusahaan hutan tanaman rakyat pola tanam monokultur untuk tanaman karet sadap maupun tanaman karet tanpa sadap. Berdasarkan analisis finansial Net Present Value (NPV), Net B/C dan IRR pada tingkat bunga 5% berturut turut karet yang disadap mempunyai nilai sebesar Rp. 299.061.000; 7,54 dan 26.3%. sedangkan karet tanpa sadap mempunyai nilai negatif Rp.36.982.000; 0.59 dan tidak layak untuk diusahakan. Nilai pendapatan rata-rata tahunan (EAA) dan skala usaha karet sadap adalah sebesar Rp. 16.473.487 dengan skala usaha 3 ha. Dari penelitian ini dapat di sarankan: (1) Untuk pengusahaan karet tanpa sadap sebaiknya memilih bibit dari klon yang menghasilkan kualitas kayu lebih baik untuk memperoleh harga jual yang tinggi. (2) Disarankan pada tahun sebelum tanaman karet memproduksi lateks sebaiknya menanami lahan dengan tanaman palawija dan sayur-sayuran guna untuk optimalisasi penggunaan lahan dan memberikan nilai tambah pada petani.
Copyrights © 2023