Pandemi nyatanya berdampak hampir ke seluruh negara. Penyintas bukan hanya orang yang punya penyakit bawaan bahkan yang konon memiliki faktor resiko tertinggi adalah yang memiliki penyakit bawaan seperti ISPA, Bronchitis, DM, darah tinggi dan lainnya. Merokok menjadi faktor risiko berbagai infeksi saluran pernapasan dan meningkatkan tingkat keparahan penyakit atas penelitian yang dilakukan pakar-pakar kesehatan masyarakat. Dan perokok lebih tinggi kemungkinannya menderita penyakit COVID-19 yang parah dibandingkan orang yang tidak merokok (WHO, 2020). Indonesia adalah negara yang kaya keragaman sosial budaya dan geografis, sebagai contoh budaya merokok di kalangan lansia perempuan di Dataran Tinggi Dieng. Hal ini mencerminkan kekuatan dari wanita dieng dan kebersamaan saat merokok. Menurut Dinas Kabupaten Wonosobo terjadi peningkatan kejadian ISPA sebesar 32% pada balita dan Jantung pada Wanita usia subur sebesar 37%. Studi pendahuluan didapatkan tingkat ketergantungan nikotin pada 12 lansia yang dijumpai sudah diambang batas, sementara kemauan berhenti merokok tinggi akan tetapi mereka sulit mengendalikan perilaku merokoknya karena kadar ketergantungan pada nikotinnya tersebut sudah tinggi dengan skor 5 atau 89%. Pengabdian ini bertujuan untuk mengetahui Kadar Ketergantungan Nikotin pada lansia Dan meningkatkan Sosialisasi Gerakan Berhenti Merokok Pada Lansia Perempuan Pada Masa Pandemi Di Dataran Tinggi Dieng. Sasaran pengabdian ini adalah kelompok lansia perempuan yang merokok lebih dari 10 tahun. Kadar ketergantungan nikotin didapatkan hasil tingkat ketergantungan nikotin dengan ketergantungan tinggi sebanyak 48 responden dengan presentase 55,2%, sedangkan kadar ketergantungan nikotin dengan ketergantungan rendah sebanyak 39 responden dengan presentase 44,8%. Sedangkan berdasarkan hasil kuesioner kemauan berhenti merokok terdapat 92% responden menyatakan ingin berhenti merokok. Kata Kunci : Ketergantungan; Nikotin; Berhenti Merokok; Lansia Perempuan; Dieng
Copyrights © 2024