Potatoes are a superior commodity in the Indonesian agricultural sector in supporting food security, but there has been a continuous decline in the planting area and potato harvest area in West Java over the past 8 years. The objects of this research were 500 potato farmers in West Java. These respondents were selected using a 2-stage stratified sampling technique. The data used in this research are primary and secondary data. The primary data collection tool in this research is a survey. The aim of this research is to describe the factors that influence potato farming. In the research, it was found that education, productivity, capital, and land area varied in the level of success of farming. Then, the use of varieties, fertilizers and pesticides is also related to fluctuations in farmers' potato yields. Likewise with credit and land area that has an irrigation system. Furthermore, potato farmers are able to produce 15 to 25 tons of potatoes per hectare, with a planting frequency of twice a year. The first buyers of farmers' potatoes are generally dealers (64%). Even though the farmers who sell to modern markets are still limited (13 people), the profits are higher compared to farmers who sell to traditional markets. Keywords: Potato Farming, West Java Potato Farming, Determinants INTISARIKentang merupakan komoditas sektor pertanian Indonesia yang unggul dalam mendukung ketahanan pangan namun terdapat penurunan luas areal tanam dan luas panen kentang di Jawa Barat secara terus menerus selama 8 tahun ke belakang. Objek pada penelitian ini adalah 500 petani kentang di Jawa Barat, responden tersebut dipilih menggunakan teknik sampling stratifikasi 2 tahap. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Alat pengumpulan data primer pada penelitian ini adalah survey. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani ketang. Pada penelitian didapat bahwa pendidikan, produktivitas, permodalan, dan luas lahan dengan bervariasinya tingkat keberhasilan usahatani. Kemudian, penggunaan varietas, pupuk dan pestisida juga berkaitan dengan berfluktuasinya hasil kentang petani. Demikian juga halnya dengan kredit dan luas lahan yang memiliki sistem pengairan. Selanjutnya, petani kentang mampu menghasilkan kentang sebanyak 15 sampai dengan 25 ton per hektar, dengan frekuensi tanam dua kali setahun. Pembeli pertama kentang petani umumnya adalah bandar (64%). Walaupun petani yang menjual ke pasar modern masih terbatas (13 orang), tetapi keuntungannya lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang menjual ke pasar tradisional. Kata kunci: Usahatani Kentang, Pertanian Kentang Jawa Barat, Determinan
Copyrights © 2024