Sejak memasuki milenium baru, otoritas keagamaan Islam mulai berkontestasi dengan keagamaan ekstremisme. Ruang seperti mimbar masjid, sekolah, akademik, dan media cetak atau online tergantikan dengan media-media mainstream yang bermuatan konservatif. Fenomena ini memiliki tiga variasi yakni latar belakang, argumen, dan kepentingan. Jika dilihat dari latar belakangnya, bukan hal baru, ia mencakup ustaz uban, muallaf, dan akadeimisi. Tulisan ini mencoba menawarkan solusi dengan cara re-interpretasi ayat-ayat Al-Quran yang mana dijadikan sumber otoritas mereka. Dengan pendekatan sosio-historis melalui tafsir tematik, hermeneutika (untuk menemukan dimensi baru terkait pesan moral universal sebuah teks dan dalam konteks apa teks itu ditulis, bagaimana spirit pandangan hidup yang terkandung dalam teks) dan pandangan tafsir maqashidi (supaya menemukan tujuan, signifikasi, dan ideal moral sekaligus), serta kritik ideologi dengan pelacakan ayat-ayat Al-Quran yang dipakai mereka, hasil kajian ini mengungkap bahwa Al-Quran telah menjelaskan Islam tidak mengajarkan ekstremisme, radikalisme, dan konservatisme. Islam mengajarkan praktik moderasi, perdamaian, dan prularisme.
Copyrights © 2020