Latar Belakang: Nyeri dikenal sebagai suatu pengalaman sensori subjektif, objektif, dan emosional yang tidak menyenangkan terutama berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial sebagai stimulus yang dirasakan setiap saat kejadian kerusakan. Tujuan: Cara mendapatkan standar emas dalam pengkajian skor nyeri adalah deskripsi dari pasien itu sendiri atau self-reported. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan pengkajian skor nyeri yang tepat dan valid yang sangat dibutuhkan untuk mengetahui adanya rasa sakit di ruang ICU RSUD dr. Chasbullah Abdulmajid. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional dan metode pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Hasil: Dari 33 responden rata-rata usia yang didapat adalah 51,30 ±12,588 tahun dengan berjenis kelamin perempuan 54,5% kemudian untuk diagnosa medis lebih besar terdapat pada gangguan neurologi 45,5% dan 84,8% adalah responden yang tidak menggunakan sedasi. Perbandingan antara instrumen CPOT dengan Wong-Baker terhadap skor nyeri pada saat istirahat dengan nilai p value = 0,000 dan pada saat intervensi keperawatan dilakukan dengan nilai p value = 0,016. Kesimpulan: Instrumen pengkajian nyeri Wong-Baker lebih efektif, namun CPOT lebih unggul karena indikatornya lebih kompleks dan mudah dipahami serta CPOT lebih mengalami peningkatan skor nyeri yang cukup besar. Rumah sakit dapat menggunakan instrumen pengkajian nyeri CPOT.
Copyrights © 2023