Artikel ini berjudul Kabuyutan dalam Tradisi Sunda. Sumber data kajiannya didasarkan pada tradisi tulis Sunda Kuno berupa naskah lontar, piagam lempengan logam, maupun prasasti. Adapun tujuannya penulisan artikel adalah menelusuri bukti jejak-jejak tempat aktivitas keagamaan berupa kabuyutan yang terpantulkan dalam lingkungan tradisi masyarakat Sunda Kuno pada zamannya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut ditempuh melaui pendekatan filologi karena berkaitan dengan proses kajian sumber tradisi tulis dalam upaya peafsiran data yang terkandung di dalamnya. Metode penelitian kualitatif diterapkan dalam upaya memahami fakta di balik kenyataan yang dapat diamati atau diindera secara langsung.Hasilnya diperoleh bukti, pertama, kabuyutan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda sudah sangat akrab, baik di telinga maupun di hati. Istilah kabuyutan ini adalah kosa kata asli Sunda dari kata dasar buyut (artinya: 1. generasi ke-4 dari ego: anak-indung/bapa-nini/aki-buyut; 2. pamali ‘tabu, bertuah, suci’) ditambah konfiks ka-an menunjukkan tempat atau lokasi. Jadi, kabuyutan secara generik mengandung arti suatu lokasi yang oleh masyarakat setempat dianggap mempunyai kesaktian, bertuah, angker, suci, atau sebuah tempat keramat. Istilah keramat itu sendiri berasal dari kosa kata bahasa Arab: karamah yang mengadung makna ‘mulia’. Kedua, menurut catatan yang tertuang dalam teks-teks tradisi tulis Sunda Kuno, artinya sejauh hal itu terdapat dalam berbagai sumber data, tempat yang dianggap keramat dan suci yang dinamakan kabuyutan itu dapat diduga ada yang dengan sengaja didirikan atau dibangun langsung pada masanya. Akan tetapi, tidak jarang masyaarakat itu cukup menata dan hanya memanfaatkan apa yang sudah disediakan alam di lingkungan tempat tinggalnya. Apabila sebuah tempat sudah dianggap sebagai kabuyutan, apakah di situ ada benda cagar budaya atau tidak, bukan menjadi sesuatu perdebatan yang utama. Bagi masyarakat sekitarnya, lokasi-lokasi semacam itu adalah tempat suci dan keramat sehingga hampir tidak ada yang berani bertindak gegabah di situ.
Copyrights © 2024