Antara tahun 2000 dan 2019, diperkirakan 25% lebih banyak orang yang hidup dengan penyakit mental. Dalam meneliti masalah kesehatan mental, para ilmuwan dan psikolog mungkin mengabaikan dimensi spiritual dan lebih memilih dimensi biologis dan sosial. Peran Islam dalam kesehatan mental sangatlah penting untuk menghindari situasi yang tidak diinginkan seperti kegelisahan, kecemasan, dan bahkan tekanan mental. Pada kenyataannya, setiap manusia mendambakan kehidupan yang tenang, damai, menyenangkan, dan bermanfaat bagi orang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji gagasan kesehatan mental dari perspektif Al Qur’ān . Penelitian ini menggunakan strategi studi literatur atau penelitian kepustakaan, dan data dikumpulkan dengan menggunakan mesin pencari Google Scholar, istilāh "Mental health dalam perspektif Al-Qur’ān" digunakan dalam pencarian yang kemudian diolah menggunakan Nvivo 12. Menurut Mustofa Fahmi kesehatan mental ada dua kategori: pertama, kesehatan mental positif (ijabĩ) adalah kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri dan lingkungan sosialnya, dan kedua, kesehatan mental negatif (salabĩ) adalah terhindarnya individu dari segala bentuk neurosis (al-amrādl al-ashābiyyah) dan psikosis (al-amrādi al-dzibāniyyah). Sejalan dengan teori tersebut temuan dari penelitian ini ialah ada dua macam kesehatan mental dalam Al-Qur’ān : menjaga kesehatan mental dan penyakit kesehatan mental itu sendiri. Petunjuk dan pertolongan Allah, ibadah, keikhlasan, kebahagiaan, keseimbangan emosi, cinta diri, kesabaran, muhasabah, dan menjadikan Al-Qur’ān sebagai penyembuh merupakan komponen-komponen dalam menjaga kesehatan mental. Depresi, kecemasan, dan penyakit mental adalah contoh masalah kesehatan. Implikasi dari penelitian ini adalah gagasan Al-Qur’ān tentang menjaga dan mencegah masalah kesehatan mental.
Copyrights © 2023