This study compares the Toba Batak Mangongkal Holi Tradition to 2 Samuel 21:12-14's Biblical perspective. To understand the Toba Batak culture's Mangongkal Holi ceremony challenges, this study uses a qualitative descriptive approach. Researchers actively participate in the study process, from problem identification to findings, in this research approach. The purposive selection was used to select informants. Data was collected by interviewing respondents, examining the GMAHK community's views of Toba Batak Culture and Mangongkal Holi, and preserving historical data. A qualitative approach was used to accurately depict current situations in data analysis. Credibility tests verify data, while data processing involves interpreting and analyzing data to determine its significance. The research shows how local rituals and traditions can include religious ideals like reverence for ancestors without spiritualism or prayer. Despite differences in practice, culture and religion can coexist and provide a moral foundation for society. This study concludes that intercultural discourse and religious understanding maintain social and spiritual balance in heterogeneous communities. AbstrakPenelitian ini membandingkan tradisi Mangongkal Holi Batak Toba dengan 2 Samuel 21:12-14 dalam perspektif Alkitab. Untuk memahami tantangan upacara Mangongkal Holi budaya Batak Toba, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Peneliti berpartisipasi aktif dalam keseluruhan proses penelitian, mulai dari identifikasi masalah hingga temuan, dalam pendekatan penelitian ini. Seleksi purposif digunakan untuk memilih informan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada responden, mengkaji pandangan masyarakat GMAHK terhadap Budaya Batak Toba dan Mangongkal Holi, serta melestarikan data sejarah. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menggambarkan situasi terkini secara akurat dalam analisis data. Uji kredibilitas memverifikasi data, sedangkan pemrosesan data melibatkan interpretasi dan analisis data untuk menentukan signifikansinya. Penelitian ini menunjukkan bagaimana ritual dan tradisi lokal dapat mencakup keagamaan seperti penghormatan terhadap leluhur tanpa spiritualisme atau doa. Meski terdapat perbedaan praktik, budaya dan agama dapat hidup berdampingan dan memberikan landasan moral bagi masyarakat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa wacana antarbudaya dan pemahaman keagamaan menjaga keseimbangan sosial dan spiritual dalam komunitas heterogen.
Copyrights © 2024