Berdasarkan data SPOI tahun 2020, komoditas beras organik merupakan salah satu produk organik yang paling banyak digunakan. Beras merupakan salah satu komoditas teratas untuk produk organik. Pada tahun 2017 dan 2018, luas lahan yang dikonversi menjadi organik tumbuh signifikan sebesar 53.000 hektar. Luas area komoditas beras organik yang dihasilkan sejauh tahun 2016 terdapat 5 kabupaten/kota yang paling luas. Berdasarkan data dari SPOI, Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu tempat di Indonesia dengan lahan padi organik terbanyak (2017). Sejak tahun 2006, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah memiliki kebijakan untuk membantu pertumbuhan pertanian organik. Terdapat beberapa permasalahan dalam pemasaran beras organik di Sumatera Barat yaitu kurangnya akses pasar oleh petani sehingga hanya sebagian kecil hasil panen petani padi organik diserap sebagai produk akhir beras organik dan produk dijual dengan harga beras konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis efisiensi pemasaran dan operasional pemasaran (margin, farmer’s share dan rasio keuntungan) beras organik di Provinsi Sumatera Barat. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive. Purposive sampling digunakan untuk menentukan responden petani, dan snowball sampling digunakan untuk menentukan responden pedagang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif deskriptif. Rasio keuntungan terhadap biaya, farmer's share, dan analisis margin pemasaran adalah alat analisis kuantitatif. Temuan ini menunjukkan terdapat empat jalur pemasaran beras organik di Sumatera Barat, yang semuanya didukung oleh lima lembaga pemasaran yang berbeda yaitu pedagang pengumpul, pedagang besar, petani bandar, pedagang pengecer skala kecil dan pedagang pengecer skala besar (supermarket). Petani – pedagang pengumpul – pedagang besar - pengecer skala kecil (saluran 2) merupakan pola saluran yang paling banyak dipilih oleh petani yaitu sebesar 50%. Saluran 4 merupakan pola saluran yang paling efisien karena merupakan saluran terpendek, memiliki margin terendah sebesar Rp 5.500, dan memiliki nilai farmer's share tertinggi sebesar 50%.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2023