The year 2024 is the year of democracy. In addition to direct presidential elections, legislative elections are held at the Regency, City, Provincial, and Central levels. One aspect that needs attention in consolidating Indonesian democracy is gender equality in political life. After the 2019 elections, gender inequality still exists in Indonesia's political constellation. This can be seen from the unideal number of female parliamentarians. Then, what about the involvement of Christian women in practical politics? Do they get equal political opportunities, and what are the inhibiting factors? What style of women's leadership can contribute to practical politics? This issue will be reviewed from a feminist perspective to provide awareness so that more Christian women are involved in practical politics to fight for the fate of women. Abstrak Tahun 2024 adalah tahun pesta demokrasi. Selain diselenggara-kan pemilihan presiden secara langsung, juga pemilihan legislatif baik tingkat Kabupaten, Kota, Provinsi, dan Pusat. Salah satu aspek yang perlu menjadi perhatian dalam mengkonsolidasikan demokrasi Indonesia adalah kesetaraan gender dalam kehidupan politik. Pasca Pemilu 2019, ketimpangan gender masih terjadi dengan jelas dalam konstelasi politik Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari belum idealnya jumlah anggota parlemen perempuan. Lalu, bagaimana dengan keterlibatan perempuan Kristen dalam politik praktis? Apakah mereka mendapat peluang yang sama dalam politik, dan apa yang menjadi faktor penghambatnya. Apa gaya kepemimpinan perempuan yang bisa disumbangkan dalam politik praktis? Masalah ini akan ditinjau dari perspektif feminis, dengan tujuan memberikan penyadaran agar lebih banyak kaum perempuan Kristen yang terlibat dalam politik praktis untuk memperjuangkan nasib kaum perempuan
Copyrights © 2024