Latar Belakang: Premature ventricular complexes (PVCs) umum terjadi pada populasi. PVC dapat terjadi tanpa disertai dengan penyakit jantung struktural atau penyakit jantung lain. Umumnya PVC tidak menimbulkan gejala, namun pada pasien dengan PVC yang frekuen, dapat menimbulkan gejala seperti berdebar, pingsan, mudah lelah, atau bahkan sesak napas. Beberapa studi, mengatakan bahwa PVC memiliki risiko kardiovaskular dua kali lipat lebih tinggi, termasuk stroke, kematian, dan juga aritmia serta kardiomiopati. Obat-obatan dapat digunakan untuk menekan PVC, namun jika dengan obat tidak efektif, maka ablasi PVC dapat dilakukan untuk menghilangkan gejala atau mencegah terjadinya kardiomiopati akibat PVC. Ilustrasi Kasus: Wanita, 57 tahun dengan hipertensi dan menopause, sejak tahun 2017, sering mengeluh berdebar disertai sesak, pusing, dan terkadang hampir pingsan, baik saat istirahat maupun beraktivitas ringan. Dari hasil Holter monitoring, ditemukan frekuent PVC (39%) yang berasal dari RVOT. Dari echocardiography didapatkan penurunan fraksi ejeksi (EF 48%) tanpa didapatkan regional wall motion abnormalities (RWMA) sehingga dicurigai disebabkan oleh Tachycardia-Induced cardiomyopathies. Pasien kemudian dilakukan Electrophysiology Study (EP Study) dan kemudian dilanjutkan dengan Ablasi 3-Dimensi dengan RFA pada RVOT di RSUD Dr. Saiful Anwar Provinsi Jawa Timur (RSSA), yang merupakan tindakan ablasi 3-Dimensi pertama di RSSA Malang. Follow-up 1 tahun kemudian tidak menunjukkan kekambuhan dan berhasil meningkatkan kualitas hidup pasien Diskusi: Berdasarkan guideline, Catheter ablation direkomendasi kelas I untuk pasien dengan gejala, pada outflow tract ventricular arrhythmias jika penggunaan obat tidak efektif, tidak dapat ditoleransi, atau pilihan pasien. Kesimpulan: Ablasi 3-Dimensi pada pasien dengan takikardia RVOT-Origin, berhasil menghilangkan PVC dan tidak mengalami rekurensi dalam 1 tahun evaluasi.
Copyrights © 2024