Widyaparwa
Vol 51, No 2 (2023)

PARALELISME TOKOH RASUS DAN PAMBUDI DALAM DUA KARYA AHMAD TOHARI RONGGENG DUKUH PARUK DAN DI KAKI BUKIT CIBALAK

Nirmalawati, Widya (Unknown)
Fauzan, Akhmad (Unknown)
Khristianto, NFN (Unknown)



Article Info

Publish Date
30 Dec 2023

Abstract

 This study aims to describe the parallelism of the male characters Rasus in the novel Ronggeng Dukuh Paruk and Pambudi in the novel Di Kaki Bukit Cibalak by Ahmad Tohari. The method used in this research is textual research, which uses text in the novel to understand and interpret the text to connect the text to a broader social, political, and cultural. The results of the study, both male characters, Rasus and Pambudi, moved from a traditional environment to a more modern one, namely the city. Mobility became the driving force for transformation into a new individual. However, each of the stories' male protagonists' indecisiveness turns out to be a weakness. Rasus struggles with his "love" for Srinthil and his "longing" for Biyung. Pambudi was hesitant to alter Sanis and Mulyani. Indecisiveness serves as a framework for the two protagonists as well as an implicit call to action for readers (males) to dare to make choices and dare to leave their community in order to forge themselves into tough individuals.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis paralelisme tokoh Rasus dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Pambudi dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Untuk mengungkap pola paralelisme  dalam kedua novel penelitian ini digunakan teori strukturalisme dari Levi Strauss. Metode yang digunakan adalah penelitian tekstual yaitu menggunakan data teks dalam novel untuk memahami dan memaknai teks dengan konteks sosial dan budaya yang melingkupinya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kedua tokoh, Rasus dan Pambudi, melakukan mobilitas dari lingkungan tradisional desa ke kancah yang lebih modern yaitu kota. Mobilitas menjadi motor penggerak untuk bertransformasi menjadi pribadi yang baru. Meskipun demikian, “kegamangan” menjadi tema dari dua tokoh laki-laki dalam kedua cerita tersebut. Rasus memiliki kegamangan dalam menghadapi “cinta” pada Srintil dan “kerinduan” pada Biyung. Sementara Pambudi gamang untuk menyunting Sanis dan Mulyani. Kegamangan menjadi bingkai bagi kedua tokoh sekaligus menjadi pesan tersirat bagi pembaca (laki-laki) supaya berani mengambil keputusan dan berani keluar meninggalkan komunitasnya dalam rangka menempa diri menjadi tangguh.

Copyrights © 2023






Journal Info

Abbrev

widyaparwa

Publisher

Subject

Humanities Languange, Linguistic, Communication & Media

Description

Jurnal Widyaparwa memublikasi artikel hasil penelitian, juga gagasan ilmiah penelitian (prapenelitian) yang terkait dengan isu-isu di bidang kebahasaan dan kesastraan Indonesia dan ...