ABSTRAK Gaharu terjadi melalui proses patologis yang unik akibat respon terhadap infeksi jamur pada pohon pembentuk gaharu, seperti Aquilaria spp.  Pembentukan gaharu ditandai oleh proses pencoklatan jaringan batang pada area terinfeksi akibat akumulasi resin, yaitu metabolit sekunder yang merupakan senyawa penentu kualitas gaharu.  Standar untuk menentukan kualitas resin gaharu masih sulit ditemukan.  Penelitian ini  bertujuan  untuk  mendapatkan informasi  tentang  efektivitas  14  jamur  pembentuk  gaharu  dalam membentuk gejala kecoklatan pada gaharu dari jenis Aquilaria spp. dan komposisi resin pada gaharu alami dan buatan.  Fusarium solani Ga-7a adalah jamur yang paling efektif dalam menginduksi gejala kecoklatan secara vertikal, yaitu 12,7 cm, tetapi dua jamur: F. solani  Ga-4a  dan Cylindrocarpon sp. Ga-8b menghasilkan jarak kecoklatan terpendek, yaitu 2,23 dan 2,13 cm. Jarak horizontal terlebar didapat pada batang yang diinduksi oleh F. solani  Ga-4b and F. triticum Ga-3, yaitu 3,27 dan 3,03 cm.  Cylindrocarpon sp. Ga-8b menghasilkan jarak yang paling sempit, yaitu 1,50 cm.  Analisis dengan gas chromatography mass spectrophotometry mengindikasikan bahwa kelas kamedangan alami terdiri dari 120 senyawa resin dan umumnya  tergolong  sesquiterpenoid (C 15 )  atau  senyawa  turunannya.   Enam  dari  isolat  yang  diujikan berpotensi menginduksi senyawa methyl-hexadecanoate dan/atau palmitic acid; hexadeconoic acid, yang memiliki kemiripan yang rendah dengan senyawa dari kelas kamedangan.  Penelitian selanjutnya pengaruh faktor biotik dan abiotik dalam pembentukan gaharu artifisial seyogyanya segera dilakukan.
Copyrights © 2007