Kunyit (Curcuma longa) adalah tanaman obat dan rempah yang digunakan luas di Indonesia. Produksi kunyit mengalami peningkatan, mencapai 203.457,53 ton pada 2018. Tanaman ini memiliki peran penting dalam pengobatan tradisional, terutama sebagai komponen jamu. Pertumbuhan dan reproduksi kunyit dihadapi tantangan, terutama dalam perbanyakan konvensional yang memakan waktu lama dan memerlukan lahan luas. Oleh karena itu, teknik kultur jaringan menggunakan fitohormon benzil aminopurin (BAP) menjadi alternatif untuk menghasilkan bibit kunyit secara efisien dan cepat. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh hormon sitokinin benzil aminopurin (BAP) terhadap pertumbuhan tunas kunyit dengan variasi konsentrasi. Metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan (kontrol, 1 ppm BAP, 3 ppm BAP, 5 ppm BAP) diulang lima kali dan diukur selama empat minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi BAP 3 ppm dan 5 ppm memberikan hasil yang serupa pada jumlah tunas yang muncul, panjang tunas tertinggi dihasilkan oleh perlakuan BAP 5 ppm. Meskipun demikian, panjang akar terpanjang terjadi pada konsentrasi BAP 5 ppm. Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa konsentrasi BAP 3 ppm dan 5 ppm memberikan hasil optimal pada pertumbuhan tunas kunyit. Panjang akar terpanjang terjadi pada konsentrasi BAP 5 ppm, menunjukkan kompleksitas regulasi hormonal dalam pertumbuhan tanaman.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024