Kurikulum difungsikan sebagai acuan untuk memenuhi kebutuhan semua peserta didik yang mempunyai potensi beranekaragam sehingga dapat menghindari terjadinya pembatasan di berbagai bidang keilmuan (Anita Jojor &Hotmaulina Sihotang). Pembelajaran diferensiasi diharapkan mampu menjadi pendukung terlaksananya teori belajar kognitivisme dan konstruktisme karena lebih mementingkan proses dari pada hasil belajar. Teori ini menyebutkan bahwa belajar yang dilaksanakan adalah hasil interaksi mental dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pada pengetahuan beserta perilaku sehingga diberikan saran dalam pembelajaran sebaiknya menggunakan media yang bersifat nyata untuk menghindari pemikiran anak secara abstrak (Nurhadi, 2020: 18). Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran diferensiasi dan dua teori ini sangat berkesinambungan karena lebih mementingkan kebutuhan belajar peserta didik daripada hasil untuk memenuhi proses yang bermakna dalam mencapai tujuan utama pembelajaran. Penelitian dilaksanakan dengan teknik observasi melalui diskusi langsung bersama guru mata pelajaran disertai dengan penulis terjun sebagai guru Praktik Lapangan Kerja (PLK) periode Juli-Desember 2022 dan studi dokumentasi di SMA Negeri 16 Padang. Pembelajaran diferensiasi ini seharusnya menjadi terobosan baru bagi setiap sekolah yang mengadopsinya untuk memajukan kreativitas guru dalam mengelola kelas dan memperbesar peluang peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya namun tidak bisa dipungkiri dalam penerapan tidak berjalan mulus karena masih bersifat baru sehingga banyak kendala yang dirasakan bagi pelaksananya. Implementasi kurikulum merdeka sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya belum sepenuhnya bisa tercapai jika tidak didorong oleh semua stakeholder dan unsur sekolah.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024